"Belum tahu dia. Vanessa itu siapa," Bu Antin tertawa ngakak.
"Ah, seperti tidak paham Mbok Jum saja. Dia itu perempuan latah!" sahut seorang Ibu lain yang berdaster kembang-kembang.Â
Dan sebagainya. Dan sebagainya. Kalimat meluncur deras bersahutan bak air hujan turun dari talang rumah. Ramai membicarakan Mbok Jum.
Tapi ujung-ujungnya berakhir juga pada satu nama itu.
Vanessa.
***
Sosok itu menghabiskan dua iris tempe goreng, segelas teh hangat, dan separuh nasi pecel.
Mbok Jum sendiri sejak tadi diam-diam mengawasi sosok berjaket tebal itu, dengan mata tak berkedip. Ia berusaha mengingat-ingat. Merasa pernah mengenalnya. Tapi kemudian menyerah. Mbok Jum benar-benar lupa.
"Berapa harga semua?" sosok itu bertanya tanpa menoleh ke arah Mbok Jum.
"Dua belas ribu rupiah!" Mbok Jum menghitung di luar kepala. Sosok itu merogoh saku jaketnya. Lalu membayar dengan selembar uang ratusan ribu.
"Ambil kembaliannya," sosok itu berdiri. Siap beranjak meninggalkan warung. Tapi sebelum pergi sosok itu melepas kacamatanya sebentar. Menoleh ke arah Mbok Jum lalu berkata pelan.