Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Warna-warna Kenangan

10 Desember 2018   05:13 Diperbarui: 10 Desember 2018   05:32 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: unsplash.com

Pada senja yang temaram. Aku memilah-milah kenangan. Di setiap fase dan pusarannya kuberi tanda warna kesumba.

Warna merah

Ini kenangan paling indah yang diliputi buncah dan gairah. Ketika itu kita masih belia. Semirip buah mangga yang masih mengkal. Yang menafsirkan cinta, begitu sederhana dan amat dangkal.

Warna biru

Pada fase ini kita mulai tahu. Bahwa cinta bisa berujung nafsu. Juga pilu. Jikalau kita tak pandai mengekang diri. Maka hilanglah harkat dan jati diri.

Warna jingga

Kita telah tumbuh dewasa. Mulai matang dalam setiap langkah. Juga mengolah rasa. Kita tak lagi beranggapan. Bahwa cinta adalah segala-galanya, satu-satunya pungkasan. Yang mesti dikultus dan didewakan. 

Warna hitam

Ini warna paling suram. Sekaligus menyakitkan. Serupa tusukan duri yang perih melukai.

Ini mungkin fase yang paling berat. Saat diri berjuang hendak melupa kenangan walau sesaat. 

Namun lebih seringnya kenangan hitam tak mau pergi. Ia justru mendominasi. Menguasai hati. Lalu, sesukanya mengajak mati bunuh diri.

***

Malang, 10 Desember 2018

Lilik Fatimah Azzahra

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun