Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Peran Penting "Self Editing" dalam Sebuah Karya Tulis

1 Desember 2018   06:38 Diperbarui: 1 Desember 2018   10:48 1246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Self editing atau biasa disebut dengan swasunting---adalah sebuah proses yang dilakukan oleh seorang penulis, baik penulis fiksi maupun non fiksi untuk mengedit atau memperbaiki karya tulisnya sendiri.

Proses ini sangatlah penting. Sebab dengan melakukan self editing, penulis sudah berupaya meminimalis kesalahan yang terdapat di dalam tulisannya, yang tentu saja hal tersebut akan semakin meningkatkan rasa percaya diri dan kredibilitas si penulis itu sendiri.

Penulis novel fantasi dari Amerika, C. J. Cherryh mengatakan, "It is perfectly okay to write garbage---as long as you edit brilliantly."Tidak apa-apa menulis sampah---asal setelahnya Anda harus mengeditnya dengan cemerlang.

Dari pernyataan C.J. Cherryh tersebut kita bisa mengambil kesimpulan: menulislah. Abaikan apakah tulisan itu baik atau buruk. Tapi--setelah merampungkannya, Anda wajib membaca ulang dan memperbaiki!

5 Tahap yang Harus Dilakukan saat Proses Self Editing 

1. Jangan Puas dengan Draft Pertama 

Kebanyakan dari kita, merasa lega setelah bisa menyelesaikan sebuah karya tulis. Lalu berpikir, bahwa tulisan yang baru kita selesaikan itu merupakan tulisan yang sudah sempurna. Sudah cukup layak berlenggak-lenggok di depan pembaca.

Sebenarnya tidak begitu. Draft  yang pertama kali jadi, ibarat membuat adonan roti belumlah mengembang secara maksimal. Ada kalanya masih bantat. Masih perlu diendapkan beberapa saat. Perlu dibiarkan barang sejenak. Untuk kemudian ditengok kembali. 

Saya sendiri termasuk orang yang suka bolak-balik menengok dan memperbaiki tulisan usai saya merampungkannya. Tidak hanya cukup satu dua kali. Berkali-kali. Hal ini saya lakukan khususnya pada karya tulis yang agak panjang. 

Poses pengendapan tulisan ini bisa berlangsung beberapa jam---atau bisa juga beberapa hari, tergantung suasana. Pada saatnya nanti saya pasti akan kembali duduk manis. Menyapa tulisan saya dan mengamatinya lagi dengan seksama.

Surprise! Tiba-tiba saja saya menemukan begitu banyak 'kutu' berloncatan mengganggu tulisan saya. Padahal saat pertama kali saya menuliskannya 'kutu-kutu' itu tidak kelihatan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun