Iriana meringkuk di pojok ruangan. Tiba-tiba saja ia ingin menangis. Tapi menangisi apa? Dan untuk siapa?
Mendadak ia berdiri. Dengan gerakan tak beraturan tangannya mulai membentur-benturkan kepalanya pada dinding sel yang kusam
"Jangan bertindak bodoh!" pemilik tangan gempal gegas menarik pundaknya. Iriana sontak menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"Kau tidak tahu apa yang sudah aku lakukan, Maya!" tubuh Iriana berguncang hebat. Lalu menggelosoh, kembali meringkuk di tempatnya semula.Â
"Memang apa yang sudah kau lakukan? Membunuh? Mencopet? Melacur? Hah, apa kau kira kami penghuni rumah tahanan ini adalah orang-orang suci? Begitu? Dengar, Iriana. Lihat aku!" tangan gempal itu masih mencengkeram pundaknya.
Iriana mengangkat wajahnya perlahan.
"Aku..."Â
Iriana tidak melanjutkan kalimatnya.Â
Sebab tahu-tahu Maya Lucinta mendaratkan satu ciuman hangat di bibirnya.
Bersambung...
 Â
***
Malang, 07 Desember 2018
Lilik Fatimah Azzahra