"Kerja apa? Dia itu tidak punya keterampilan apa-apa selain mengayuh becak. Aku tahu persis itu!" agak emosi Kartubi menyahut. Laila terdiam. Perempuan itu tidak ingin berdebat dengan suaminya.Â
"Sudah! Sekarang lakukan kewajibanmu!" Kartubi memerintah istrinya. Laila masuk ke dalam kamar dengan langkah ragu.
***
Ini malam Jumat Kliwon. Kesepakatan antara Basuki dan mahluk mungil itu kiranya harus segera dilaksanakan. Itulah sebab Basuki segera memerintah istrinya, Rusmini, untuk masuk ke dalam kamar lebih awal dari biasanya.
"Aku sendirian, Bang?" Rusmini bertanya takut. Basuki mengangguk.
"Tugasmu hanya berbaring saja, Rus. Cuma itu," Basuki mengantar istrinya sampai di depan pintu. Lalu tangannya yang kurus menarik saklar lampu. Sebelum mengunci pintu dari luar, ia berpesan,"Lakukan tugasmu sebaik-baiknya, Rus. Semua demi perbaikan nasib kita."
Sepeninggal suaminya, Rusmini menggigil. Keringat dingin mulai bercucuran. Di dalam ruangan kamar yang gelap tangannya meraba-raba. Mencari-cari selimut. Tapi ia tidak menemukan benda itu. Sebab Basuki telah menyembunyikannya ke dalam lemari dan mengantongi kuncinya.
Jadilah Rusmini terlentang di atas kasur hanya memakai jarit sebatas dada.
Sepuluh menit meringkuk belum terjadi apa-apa. Barulah di menit ketiga belas, Rusmini merasakan bulu kuduknya meremang. Desir angin serasa dingin meniup tengkuknya. Selanjutnya yang terjadi adalah, perempuan itu merasakan ada tangan mungil yang menggerayangi dadanya.
Mahluk berkepala gundul itu!
***