Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[BeCaK] Dukun Pelet di Kompasiana

13 September 2018   20:44 Diperbarui: 13 September 2018   20:53 1201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:mantrapelet.net

Awalnya saya anggap guyonan ketika seorang kompasianer cantik wadul kepada saya kalau dirinya tengah terkena pelet. Masa iya di zaman modern seperti ini hal-hal klenik semacam itu masih berlaku?

Tapi ketika suatu malam teman saya itu menelpon lagi sambil menangis, baru saya mulai sedikit serius menanggapi.

"Bener, Mbak, saya sudah kena pelet. Sebelum bergabung di Kompasiana saya tidak pernah merasa seperti ini. Sejak saya punya akun dan menulis di Kompasiana, saya jadi nggak enak tidur dan nggak enak makan," teman saya itu berkata dengan suara terbata-bata. 

"Kok sampean yakin kalau terkena pelet, Mbakyu? Memang ciri-cirinya apa?" tanya saya masih diliputi rasa heran.

"Yakin banget Mbak. Ciri-cirinya, salah satunya saya selalu terbayang-bayang wajah dia."

"Wajah siapa?" semakin dikepung penasaran diri saya.

"Ya, wajah kompasianer yang sudah memelet saya itu."

Duh, saya semakin bingung. Tapi setelah teman saya itu mengirimkan foto seorang pria melalui WA, barulah saya mengerti. 

"Gimana Mbak Lilik? Saya benar-benar seperti wong edan. Tidur miring melihat tembok--serasa melihat dia. Tidur terlentang menatap langit-langit kamar seolah menatap dia. Tidur tengkurap...eh, tempat tidur malah saya kira dia."

Saya terperangah. Sungguh ini tidak boleh dibiarkan. Ibarat penyakit ini sudah memasuki stadium akut. Teman saya itu semisal dibawa berobat ke Rumah Sakit Jiwa pasti ditempatkan di sel pasien kelas satu. Sel untuk pengidap gangguan kejiwaan paling berat.

"Tolong bantu saya ya, Mbak Lilik. Gimana caranya menghilangkan pelet yang mengganggu diri saya ini."

Karena merasa kasihan saya pun menyanggupi, berjanji akan membantu mencari penangkalnya.

Pikiran saya lalu tertuju kepada kompasianer gaek yang terkenal memiliki kesaktian tinggi. Ilmu beliau sudah sangat mumpuni, tidak diragukan lagi. Bahkan menurut kabar angin beliau pernah melakukan tapa brata di Gunung Kemukus. Siapa dia? Yup! Betul! Eyang Jati Kumoro atau biasa dipanggil Mbah Ejaku.

Ketika saya menghubungi Mbah Ejaku melalui WA dan menceritakan keluh kesah teman saya itu, beliau memberikan jawaban yang agak mengecewakan. 

"Saya sudah lama meninggalkan dunia begituan Mbak Lilik. Saya sudah tobat. Gelar King of Habul sudah saya cantelkan di tembok dapur."

Terpaksa saya harus berburu kner lain yang saya anggap memiliki ilmu sepadan dengan Mbah Ejaku. Kali ini saya membidik kner asal Jawa Timur. Siapa lagi kalau bukan Mbah Ukik. 

Setelah melewati hutan belantara yang masih dihuni sebangsa jin dan genderuwo saya berhasil bertemu Mbah Ukik yang terkenal memiliki ajian pelet seperti Jaran Goyang, Kebo Kum-kum, Semar Mendem dan lain-lain. 

Di pertapaannya yang terletak di lereng Gunung Bromo--begitu bertemu saya, si Mbah langsung bercerita panjang lebar tentang siapa saja yang pernah sowan kepadanya untuk minta bekal pengasihan.

"Bukan hanya orang biasa yang pernah datang ke sini. Pejabat yang mau bertarung di ajang pilpres pun pernah minta syarat kepada saya."

"Wah, benarkah itu Mbah?!" saya berseru takjub. "Bagaimana cara mengetahui siapa-siapa pejabat yang sudah dapat pesangon dari Si Mbah?" 

"Gampang sekali. Pejabat yang hobi naik kuda...itu berarti sudah saya beri ajian Jaran Goyang. Pejabat yang mirip, eh, suka ngingu kerbau--itu sudah saya pegangi ajian Kebo Kum-kum. Dan yang suka bicara nyinyir bin ngawur...itu pasti sudah mengamalkan ajian Semar Mendem."

Mendengar penjelasan Si Mbah, saya manggut-manggut tanda mulai paham.

"Kalau yang suka memelihara kodok Mbah? Itu pakai ajian apa?" saya keceplosan.

Blaaaammm!!!

Mendadak Mbah Ukik membanting pintu dengan kasar. 

Dan saya terpaksa pulang dengan tangan kosong tanpa membawa penangkal pelet sedikit pun.

***

Malang, 13 September 2018

Lilik Fatimah Azzahra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun