Mendengar ucapan terakhir Ayahnya, Riswan terhenyak. Masalah cinta? Hatinya pun mulai meraba-raba.
"Apakah ini ada hubungannya dengan Ibu?" Riswan bertanya hati-hati. Kembali Haji Sadeli mengangguk.
"Ya. Masalah ini memang berkaitan erat dengan almarhum Ibumu," Haji Sadeli menegaskan.
"Ayah belum menceritakan apa-apa padaku," Riswan menggeser duduknya. Setengah mengeluh. Haji Sadeli berdehem.
"Baiklah. Kupikir sudah saatnya aku membuka rahasia yang tersimpan sangat lama ini kepadamu, Wan. Kau sudah cukup dewasa untuk bisa memahaminya," Haji Sadeli menatap sejenak ke arah Riswan. Lalu pria berusia enampuluh tahun itu mulai berkisah.
***
Riswan sudah kembali ke kota, kembali sibuk berkutat dengan mata kuliahnya. Dan sedikit banyak ia telah melupakan kasus santet yang menimpa diri Satumi.Â
Sampai suatu petang, Irmina, kekasihnya yang bekerja sebagai wartawati menyodorkan selembar koran lokal ke arahnya.
"Baca ini, Wan. Soal santet," Irmina berkata seraya tertawa. Riswan mengernyit dahi. Matanya terpaku pada tulisan besar-besar yang tertera pada halaman depan koran.
Tetua Desa Berhasil Menyembuhkan Penyakit yang Diderita oleh Gadis Berinisial S yang Diduga Terkena Santet
Riswan membaca beberapa paragraf berita yang termuat dalam koran itu. Tak sampai usai. Ia terbatuk. Buru-buru ia menggulung surat kabar itu dan menyodorkannya kembali ke arah Irmina.