Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Artikel Utama

Dongeng Wayang | Gendari, Cikal Bakal Dendam Kurawa

8 April 2018   19:34 Diperbarui: 8 April 2018   22:20 2313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : kerajaandongeng.blogspot.com

Langkah kaki Gendari telah sampai di area ketujuh. Pikirannya ragu. Apakah ia akan mampir ke tempat itu?

Belum juga mengambil keputusan, tiba-tiba seekor harimau melompat dan siap menerkamnya. Gendari terkejut bukan alang kepalang. Para emban dan pengawal yang mengiringinya sontak berhamburan. Beberapa di antaranya berusaha menangkap harimau yang tak henti mengaum, sementara beberapa yang lain berusaha menyelamatkan Gendari.

Akibat rasa kaget yang luar biasa, Gendari merasakan perutnya sakit tiada terkira. Bercak darah mulai merembes dari balik kain panjangnya. Disusul sesuatu berwarna hitam, kental dan berbau amis keluar dari gua garbanya.

Kiranya Gendari telah melahirkan.

Tapi bukan jabang bayi yang keluar melainkan segumpal daging yang berdenyut-denyut dan bergerak-gerak mengerikan .

Mengetahui hal demikian, Gendari pun menjerit histeris. Ia merasa sangat terpukul dan kecewa. Dengan marah ia menendang apa saja yang ada di hadapannya. Mulutnya tak henti meracau. Mengutuk para dewa. Menyumpahserapahi suaminya, juga mencaci maki Pandu dan Dewi Kunti.

Senja itu Gendari benar-benar telah kehilagan kewarasannya. Ia bagai orang kesurupan. Para emban dan pengawal yang merubungnya berdiri ketakutan.

"Aku tidak terima ketidakadilan ini! Persetan kalian semua!"

Gendari menangis menggerung-gerung. Suaranya terdengar hingga ke telinga Resi Abyasa yang kebetulan lewat di sekitar kaputren. Dengan kesaktian yang dimilikinya, sang resi segera paham apa yang sedang terjadi.

Perlahan didekatinya Gendari. Lalu dibisikinya kalimat menenangkan, "Bersabarlah, duhai Nakmas ayu. Apa pun bentuknya, segumpal darah ini adalah putra-putramu. Lihatlah!"

Dengan sebilah keris Resi Abyasa memotong-motong gumpalan daging itu hingga tercacah menjadi seratus iris. Setiap iris ditutupinya dengan selembar daun jati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun