Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Dongeng Wayang | Pengakuan Jujur Dewi Shinta

4 April 2018   22:44 Diperbarui: 4 April 2018   23:26 1332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber :www.pinterest.com

Perempuan jelita yang dipersunting oleh titisan Dewa Wisnu itu tergugu. Hampir tiga tahun dirinya berada di istana Alengka Raya, dijadikan sandera oleh Rahwana, selama itu pula ia menunggu kehadiran Sri Rama yang tak jua kunjung datang menjemputnya. Apa yang ada di dalam pikiran suaminya itu? Tidakkah ia merasa rindu berpisah darinya? Mengapa pula ia hanya mengutus ajudannya--- Hanoman si kera putih  untuk menyampaikan kabar bahwa dirinya baik-baik saja? 

Satu lagi, bukankah sebagai titisan dewa, Sri Rama memiliki kesaktian lebih dibanding Rahwana? Ia pasti dengan mudah bisa mengalahkan Rahwana, andai mereka bertarung. Tapi mengapa Sri Rama tidak mau melakukannya?

Berbagai macam pertanyaan berkecamuk di dalam pikirannya. Sekali waktu pernah pula ia menyangsikan, bisa jadi Sri Rama sesungguhnya tidak benar-benar mencintainya. 

Jika sudah demikian, jika sudah tidak kuasa lagi meredakan perasaan gundahnya, Dewi Shinta akan menangis sesenggukan di sudut taman sari. Dan orang yang datang pertama kali menghiburnya adalah Dewi Trijata, emban cantik yang selama ini dipercaya menemaninya.

"Kau sedang merindukan suamimu, Dewi?" Trijata menyentuh pundak Dewi Shinta. 

"Aku tidak tahu apa yang tengah terjadi dengan hatiku, Trijata. Aku sangat mencintai suamiku. Tapi aku tidak bisa terlalu banyak berharap darinya. Tiga tahun bukan waktu yang sebentar jika Sri Rama sengaja menguji kesetiaanku," Dewi Shinta meluapkan perasaannya. 

"Ya, aku tahu itu Dewi. Bahkan ketika seluruh dunia tidak nempercayai bahwa hingga detik ini dirimu sama sekali tidak tersentuh oleh tangan Baginda Rahwana, kau tetap bertahan untuk setia."

"Kelak aku akan menjelaskan kepada  semua orang, Trijata. Mengapa Rahwana tidak bisa merenggut kesucianku. Itu karena ada dirimu yang selalu bersamaku," Dewi Shinta mengusap sudut matanya. "Aku patut berterima kasih padamu. Setiap kali Rahwana ingin bertindak kurang sopan terhadapku, kau tak segan segera pasang badan."

Percakapan terhenti. Derap kaki Rahwana membuat kedua perempuan  itu terdiam.

Seperti biasanya, Rahwana datang untuk menjenguk Dewi Shinta dan menanyakan apakah perempuan cantik itu sudah bersedia mendampinginya sebagai permaisuri.

Dan seperti biasa pula, Dewi Trijata-lah yang menjawab pertanyaan junjungannya mewakili Dewi Shinta.

"Bersabarlah Tuanku Prabu. Hati Dewi Shinta masih belum terbuka untuk Tuanku. Mungkin Tuanku perlu berbenah dan memperbaiki diri."

Mendengar jawaban seperti itu, sontak Rahwana merasa tersinggung. Dengan geram dan penuh amarah tak terkendali dikutuknya Dewi Trijata.

"Kau akan menjadi perawan tua! Kalaupun menikah, kau akan mendapat suami seekor kera yang buruk!"

Mendengar kutukan demikian, hati Dewi Trijata sedih tiada terkira. Demikian juga Dewi Shinta. Ia merasa sangat bersalah. Sebab demi membela dirinya Trijata harus rela menjalani hidup kurang beruntung. Kelak kutukan yang diucapkan oleh Rahwana itu akan menjadi kenyataan.

Meski begitu di sisi lain Dewi Shinta berusaha memaklumi. Memandang kemarahan Rahwana sebagai bentuk cinta yang sangat dalam terhadap dirinya. Cinta yang luar biasa. Cinta yang oleh sebagian orang diragukan ketulusannya.

Ah. Andai saja Dewi Shinta memiliki keberanian untuk berkata jujur, ia pasti akan menyampaikan pengakuan ini kepada semua orang. 

"Kelak jika diperkenan menitis kembali, aku tak segan memilih Rahwana sebagai suamiku. Sebab cinta Rahwana jauh lebih besar dibanding cinta Sri Rama padaku."

***

Malang, 04 April 2018

Lilik Fatimah Azzahra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun