Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Apakah Bapak dan Ibu Kita Sudah Berubah Menjadi Tikus?

28 Maret 2018   21:20 Diperbarui: 29 Maret 2018   04:32 904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Clickin Moms/www.pinterest.com

Kami---aku dan Rash saling melempar pandang. Kemudian berdiri berjinjit mengintip dua manusia dewasa yang sedang bertengkar hebat di ruang tamu. Rash yang tubuhnya lebih kecil dariku, sesekali menarik-narik kemejaku seraya berbisik, "Apakah Bapak dan Ibu kita sudah berubah?"

Aku menggeleng. "Belum. Masih seperti kemarin. Mereka masih manusia primitif, masih saling mempertahankan ego."

"Wah, padahal aku sudah tidak sabar ingin melihat Bapak dan Ibu berubah menjadi tikus," Rash berdecak kecewa.

"Harus sabar. Kau pikir menjadi seekor tikus itu mudah?" aku merangkul pundak adikku.

"Butuh waktu berapa lama?" Rash menatapku. Tak berkedip.

"Tergantung. Kalau mereka sudah menunjukkan ciri-ciri yang dimiliki oleh seekor tikus, barulah," aku membisikinya.

"Oh, apakah salah satu cirinya tumbuh ekor di sini?" Rash menarik bagian belakang celanaku. Aku mengangguk. Lalu kami tertawa berderai. Dan kaki kurus kami kembali berjinjit untuk menyaksikan dua orang dewasa yang masih belum juga berhenti saling memaki.

Lebih dari satu jam kami mengintip dari balik jendela yang tirainya tersingkap sedikit. Kami melihat Bapak mulai bosan memaki-maki Ibu. Dan Ibu juga tampak mulai lelah membalas caci maki Bapak. Pertengkaran pun diakhiri dengan tangan Bapak menggebrak meja. Sesudahnya kami melihat Bapak keluar rumah dengan langkah tergesa. Dan Ibu melepas kepergian Bapak dengan mata basah.

"Ibu menangis," Rash menoleh ke arahku.

"Kukira Ibu yang paling sulit bertransformasi menjadi tikus. Ibu masih suka menangis. Kan tikus tidak pernah menangis," aku menyahut seraya menutup kembali tirai jendela. Rash diam tercenung.

"Spesies tikus tidak memiliki kantung air mata. Kalau sedih, biasanya mereka melampiaskannya dengan menggerogoti benda-benda yang ada di sekitarnya. Menggigiti celana pendek kotor, misalnya," aku melanjutkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun