Sekalipun sudah mendapat wejangan dan  warning  keras dari sang guru agar tidak mendekati janda Bambang Ekalaya, Arjuna tetap saja ngeyel pada hasratnya. Ia bersikeras harus bisa mendapatkan Dewi Anggraeni.Â
Maka mulailah sang maestro cinta merayu dengan syair asmara yang digubahnya sendiri.
Duh  ratih kusumaning  ayu...
teja  sumunar  ing  pasuryan  nara
Ingsun  gandrung  kapirangu
Enggal  tadah  rasa  ulun
Sira  rengkuh  tresna  ulun
Puputing  jiwa  kaatur Â
mugi  kaunjuk  namung  kaugem  panjenengan  sira
Begitulah jika Arjuna tengah dilanda asmara. Ia mendadak menjelma menjadi pujangga cinta. Biasanya para perempuan akan bertekuk lutut usai mendengar rayu dan puja-puji yang dilantunkannya.
Tapi kali ini tidak berlaku bagi Dewi Anggraeni. Cinta sejati terhadap suaminya, Bambang Ekalaya, sama sekali tidak membuat perempuan itu bergeming meski hanya sekadar menoleh ke arah Arjuna.