Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Dongeng Wayang | Arjuna Patah Hati

14 Maret 2018   19:17 Diperbarui: 15 Maret 2018   04:02 4015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gudangwallpapermu.blogspot.co.id

"Duh, Dewa Bathara Agung. Mengapa hamba seolah mendengar jeritan Kangmas Bambang Ekalaya?" sejenak sang dewi menghentikan kesibukannya. Ia membetulkan letak kembennya. Lalu  krenteg, berkeinginan menyusul suaminya yang pagi tadi pamit berlatih memanah di tepi hutan.

Diliputi perasaan was-was tak berujung, Dewi Anggraeni gegas meninggalkan rumah menuju hutan perbatasan. Sesampai di sana ia melihat sekelompok pemuda bersama seorang Resi tengah merubung tubuh seseorang yang terbujur kaku di atas rerumputan.

Dewi Anggraeni sangat mengenali sosok yang terbujur itu. 

"Kangmas...Kangmas Bambang Ekalaya! Apa yang terjadi padamu?" Dewi Anggraeni menyeruak maju. Menyibak kerumunan. Airmatanya mendadak tumpah tak tertahankan.

Arjuna yang ikut bergabung dalam kerumunan, sejenak terpana. Matanya nyalang tak berkedip menatap sosok perempuan jelita yang menubruk dan memeluk jasad Bambang Ekalaya.

Arjuna yakin, seyakin-yakinnya. bahwa saat itu ia telah jatuh cinta. Dewi Anggraeni telah mencuri hatinya.

"Anak Mas Pemadi, ulun harus bisa menahan diri. Perempuan itu istri Bambang Ekalaya," Guru Durna mengingatkan murid kesayangannya itu.  Tapi panah asmara terlanjur menancap kuat di dada sang penengah Pandawa. Dan tak bisa dicabut lagi.

"Guru, tidak pantaskah aku jatuh cinta padanya?"

"Ini bukan soal pantas atau tidak, Nak Mas. Ini menyoal sebuah perasaan."

"Maksud Guru?"

"Beberapa istri ada yang benar-benar mencintai suaminya. Merasa telah menjadi  sigaring  nyawa. Belahan hati, belahan jiwa. Dan kukira, istri Bambang Ekalaya itu termasuk salah satu di antara mereka."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun