Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Hari Ibu, Bukan Sekadar Perayaan Tanpa Makna

22 Desember 2017   03:01 Diperbarui: 22 Desember 2019   12:30 3862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: www.mediaindonesia.com

Di setiap peringatan Hari Ibu, bisa jadi orang yang paling berbahagia itu adalah saya. Betapa tidak, secara kebetulan saya lahir tepat di tanggal istimewa ini, 22 Desember. Kebetulan itu menjadikan saya menerima ucapan dobel dari orang-orang terkasih dan terdekat saya---ucapan Selamat Hari Ibu dan ucapan Selamat Ulang Tahun. 

Terlepas dari keberuntungan lahir di hari istimewa tersebut, saya tergelitik ingin menyimak sedikit hal ihwal peringatan Hari Ibu secara empiris yang tercatat di dalam sejarah. 

Mengutip dari Wikipedia, bahwasanya peringatan Hari Ibu Nasional pertama kali dicanangkan oleh Presiden RI Ir.Soekarno pada Ultah ke-25 Kongres Perempuan Indonesia 1928 bertempat di Gedung Dalem Jayadipuran-Yogjakarta tahun 1959. 

Keputusan tersebut ditetapkan sebagai bentuk apresiasi terhadap semangat perempuan Indonesia dalam meningkatkan kesadaran bernegara dan berbangsa. Semangat yang tentu saja terinspirasi oleh perjuangan para pahlawan perempuan seperti RA Kartini, Martha Tiahahu, Cut Nya Dien Nyai Ahmad Dahlan dan kawan-kawan.

Bukan Sekadar Momen Perayaan Tanpa Makna

Usai menyimak sejarah ditetapkannya Hari Ibu Nasional, saya merenung dan tercenung. Selama ini telah terjadi pergeseran makna di dalam benak saya, bahwasanya Hari Ibu adalah hari di mana seorang perempuan wajib mendapatkan perlakuan istimewa, dimanjakan bahkan dibebaskan dari tugas rutin sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. 

Sedang menurut sejarah tidaklah demikian. Perayaan Hari Ibu dimaksudkan lebih kepada memberikan ruang gerak serta dorongan semangat terhadap kaum perempuan untuk terus berjuang, mengeksplorasi diri dan menginspirasi bagi sesama. 

Bicara tentang makna Hari Ibu, apakah saya sudah memberikan kontribusi berarti bagi kehidupan sekitar selaku perempuan Indonesia? Saya kira belum. 

Saya masih jauh ketinggalan dibandingkan dengan perempuan-perempuan hebat di Indonesia. Saya belum memberikan sumbangsih yang berarti bagi negeri tercinta ini. Yang saya ingat, saya cenderung banyak menuntut, banyak mengeluh, tapi belum banyak memberi. Kiranya ini akan menjadi catatan kecil bagi saya untuk introspeksi di jelang usia yang telah menginjak setengah abad ini.

Selamat Hari Ibu kepada seluruh Ibu di Indonesia. Tetap semangat berjuang dan menginspirasi. Dan tetap menjadi perempuan Indonesia yang bahagia. 

***

Malang, 22 Desember 2017

Lilik Fatimah Azzahra

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun