Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Si Kecil Suka Merajuk? Ini Hal yang Sebaiknya Orang Tua Lakukan

27 November 2017   07:10 Diperbarui: 27 November 2017   11:12 1643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : Cermin Diri | Revive Risha | Page 2 / rishapratiwi.wordpress.com

Suatu siang, saat jam pelajaran bimbel akan dimulai, salah seorang murid saya, usia TK tiba-tiba merajuk. Ia diam seperti patung. Tidak mau bicara maupun mengerjakan tugas. Saya sudah berusaha membujuknya. Merayu-rayu dengan berbagai cara. Tapi aksi tutup mulut tetap saja berlanjut.

Sampai kemudian jam bimbel usai. Si kecil yang merajuk dijemput oleh ibunya. Ia tetap mempertahankan diri, bungkam seribu bahasa. Bahkan terlihat lebih parah. Ada aksi membelot segala. Sebagai seorang pembimbing yang bertanggungjawab atas kondisi psikologis siswa, saya memutuskan untuk mengajak bicara dari hati ke hati dengan ibu si kecil.

"Ada sesuatu yang terjadi pada Ronny, Mbak?" tanya saya serius. Malu-malu ibunya Ronny mengangguk.

"Dia cemburu sama adik bayinya, Bu. Akhir-akhir ini jadi sering ngambek dan marah-marah."

"Oooh...." saya ber-oh panjang. Kemudian saya jongkok menyentuh pundak Ronny dan membisikkan sesuatu di telinganya. Alhamdulillah, bibir si kecil yang semula mengatup rapat, mulai mengembang sedikit.

Merajuk adalah Senjata Andalan si Kecil

Untuk kasus merajuknya Ronny, saya kira itu masih dalam tahap kewajaran. Cemburu akan hadirnya adik baru adalah hal biasa, kerap terjadi pada bocah yang baru menjadi kakak. Kehadiran mahluk lain selain dirinya di tengah-tengah keluarga membuatnya merasa tersisih, merasa perhatian yang selama ini tertuju padanya berkurang. 

Dalam hal ini orang tua---terutama sang ibu, harus segera tanggap, pandai-pandai memberi pengertian kepada si kecil agar merajuknya tidak berkelanjutan dan menjadi kebiasaan. Semisal dengan mengatakan ini (yang tadi saya bisikkan di telinga Ronny), "Kakak Ronny jauh lebih kuat dari adik bayi. Kakak juga jauh lebih hebat. Sedang adik masih lemah dan harus banyak dibantu. Sama seperti kakak ketika masih bayi dulu."

Sedikit merayu demi kebaikan akan lebih baik ketimbang membiarkan masalah rajuk merajuk berkepanjangan. Terutama jika aksi merajuk mulai disalahgunakan, dijadikan senjata ampuh untuk meluluskan segala permintaan. Saya ambil contoh, Edo hobi sekali merajuk. Setiap kali menginginkan sesuatu, mobil-mobilan baru misalnya, maka ia akan menjalankan aksinya---merajuk. 

Ia juga tidak mau menyentuh makanannya dan uring-uringan tidak jelas sebelum keinginannya terpenuhi. Tentu saja hal ini membuat ibunya Edo bingung, hilang kesabaran dan terpaksa menuruti keinginannya---membelikan mobil-mobilan baru yang sebenarnya barang tersebut sudah banyak dimiliki Edo dan teronggok penuh di dalam keranjang mainan.

Menghadapi bocah seperti Edo ini, sebaiknya orangtua bersikap tegas---dalam arti tidak lantas menyerah pada keinginan Edo. Tentu saja sikap tegas di sini bukan berarti bertindak menggunakan kekerasan. Bersikap tegas adalah mampu memberikan pengertian kepada si kecil dengan cara baik-baik dan sebijak mungkin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun