Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Serial Miss. Liz] Selamat Datang Kekacauan!

21 Agustus 2017   19:00 Diperbarui: 3 Agustus 2023   04:48 1360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : publicdomainvectorc.org

Namaku Liz. Usia dua puluh dua tahun. Masih lajang. Aku baru saja lulus Perguruan Tinggi dan diterima bekerja di sebuah SMP swasta jauh di pinggiran kota. Aku mengajar mata pelajaran Matematika.

Tidak ada yang istimewa dalam diriku. Kecuali---ya, kecuali setelah aku menemukan pensil itu. Pensil yang pada salah satu ujungnya terdapat ornamen ukiran berkepala naga.

Aku menemukan benda antik itu secara tidak sengaja. Ketika suatu siang aku membantu Ibu membersihkan gudang di rumah tua peninggalan almarhum Kakek, di situlah aku menemukannya. Pensil itu terselip di antara barang-barang bekas milik Kakek yang bertumpuk di dalam peti.

Sebenarnya aku sama sekali tidak tertarik pada benda yang terlihat sudah buram dan kusam itu. Tapi Ibu memaksaku untuk menyimpannya. Kata Ibu, dulu sebelum Kakek meninggal, beliau sempat berpesan agar aku mewarisi benda runcing itu.

"Kau cucu satu-satunya Kakek. Jadi wajib menuruti permintaannya," Ibu tersenyum menatapku. Demi tidak mengecewakan hati Ibu, aku mengangguk.

Aku mesti pindah ke rumah kos yang tak jauh dari sekolah tempatku mengajar. Meninggalkan Ibu di kota dan harus mampu hidup mandiri. Pada saat pindahan itulah pensil antik itu terbawa olehku. Kukira Ibu memang sengaja memasukkannya ke dalam tas kerjaku. 

Dan ternyata, benda warisan Kakek itu membuatku mengalami banyak kejadian tak terduga.

Pagi itu adalah hari pertama aku mulai mengajar. Sialnya aku terlambat bangun. Tanpa mandi, hanya mencuci muka ala kadarnya, aku langsung meraih tas kerjaku. Aku mesti mempercepat langkah agar tiba di sekolah tepat waktu.

Jarak tempat kosku dengan SMP di mana aku mengajar hanya beberapa meter. Meski begitu waktu ternyata tidak berpihak padaku. Ia terus saja bergulir dengan cepat. Dan itu benar-benar membuatku terlambat. Pagar sekolah sudah ditutup. Suasana tampak sudah lengang dan sepi.

Sembari menunggu Satpam membukakan gembok pagar, tanpa sadar tanganku meraih pensil yang tersimpan di dalam tas. Pensil itu tersentuh olehku. Dan kejadiannya begitu mengagetkan. Tiba-tiba saja tubuhku lenyap, dan...tuing! 

Tahu-tahu aku sudah duduk manis di kursi guru, di depan kelas 8 A.

Beberapa murid tampak terkaget-kaget melihatku. Aku pura-pura tidak melihatnya.

"Namaku Liz. Kalian boleh memanggilku Miss. Liz. Aku guru baru kalian," aku berdiri memperkenalkan diri. Tak ada satu murid pun yang menyahut. Sepertinya mereka masih syock melihat kemunculanku yang tidak wajar.

Seorang murid, perempuan, berkaca mata, berdiri dari bangkunya. Ia menatapku tanpa senyum. Tapi aku suka, dari sorot matanya ia kelihatan sangat cerdas.

"Mis Liz, nama saya Renata. Boleh saya tahu, apakah yang Anda tunjukkan tadi itu sihir?" bocah berkaca mata itu bertanya tegas. Sesaat aku bingung harus menjawab apa. Sebab aku sendiri juga merasa heran, mengapa tahu-tahu aku berada di kelas ini.

"Kami tidak mau memiliki guru seorang penyihir," anak perempuan itu melanjutkan. Pandangannya tajam tertuju ke arahku. Beberapa temannya ikut bergumam.

"Baiklah, kalian dengarkan dulu. Itu tadi bukan sihir. Hanya sedikit sulap," ujarku berusaha menutupi kegugupanku.

"Sulap? Anda guru Matematika atau tukang sulap?" anak perempuan yang cerdas itu mencecarku.

"Aku guru Matematika, tapi aku pernah belajar sedikit sulap."

Sejenak suasana hening. Kukira aku harus segera mencairkan suasana, kalau tidak....

"Baiklah, kalian siapkan buku untuk mencatat materi pelajaran Matematika," aku mengeluarkan buku dari dalam tasku, beserta pensil berkepala naga itu.

Dan kejadian aneh terulang lagi.  Saat tanganku menyentuh pensil peninggalan Kakekku itu, kami satu kelas tiba-tiba lenyap.

***

Beberapa murid perempuan menjerit tertahan. Sementara murid laki-laki malah bersorak kegirangan. Suasana jadi kacau balau.

"Kita sepertinya berada di masa lampau!"

"Kau jangan sok tahu, Dirga. Ini juga sebagian dari sulap Anda bukan, Miss. Liz?" Renata yang sama sekali tidak bersikap ramah padaku, kembali menatapku.

Dan sekali lagi aku tidak bisa menjawab pertanyaannya.

"Renata, jangan terlalu serius begitu dong! Mari kita nikmati tamasya gratis yang menyenangkan ini," bocah yang dipanggil Dirga itu tertawa.  

"Dalam pikiranmu yang terlintas hanya tamasya melulu, Ga! Kau lupa, bagaimana jika kita benar-benar terperangkap di masa lampau dan tidak bisa kembali ke kelas kita? Bukan begitu, Miss. Liz? Anda sedari tadi saya perhatikan tampak sangat gugup."

Ya, Renata benar. Aku memang sedang gugup. 

Gugup karena tiba-tiba saja mataku melihat mahluk tinggi besar berjalan dengan langkah bergedebum mendekat ke arah kami.

Dinosaurus.

***

Malang, 21 Agustus 2017

Lilik Fatimah Azzahra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun