Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[100HariMenulisNovelFC](#30) Sang Pelarian

17 Mei 2016   08:33 Diperbarui: 17 Mei 2016   10:01 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bangka.tribunnews.com

Kisah sebelumnya http://fiksiana.kompasiana.com/elfat67/100harimenulisnovelfc-29-sang-pelarian_5738c2e5c0afbd89048b45bc

"Haii...! Apa yang kamu lakukan!" sebuah teriakan membuat dua pria berseragam putih itu terkejut. Seorang lelaki tua menyeruak masuk ke dalam kamar. Lelaki tua itu terlihat panik saat melihat selang pernapasan  yang semula menempel pada hidung pasien terlepas. Segera ia memencet tombol yang berada tepat di atas kepala pasien.

Sementara dua pria berseragam putih diam-diam pergi meninggalkan ruangan.

Dari jauh tampak Dokter Ana berlari-lari kecil memasuki kamar yang tadi ditinggalkannya.

"Tolong dia, Bu Dokter. Selangnya terlepas! Tidak, maksud saya ada yang sengaja melepas!" Pak tua menyambutnya dengan wajah memucat. Dokter Ana segera meraih selang pernapasan yang tercecer dan memasangnya kembali dengan cekatan. Lalu ia memeriksa keadaan pasiennya itu dengan teliti.

"Huft, hampir saja..." ia menarik napas lega.

"Dua pria berseragam putih itu telah kabur," lelaki tua itu mengeluh sembari berulang kali melongokkan wajah ke luar kamar.

"Maaf...saya terkecoh oleh dua perawat gadungan itu," Dokter Ana berkata pelan.

"Sekarang Anda percaya, Bu Dokter?" lelaki tua menatap dokter di hadapannya tak berkedip. Dokter Ana mengangguk.

Ya, mitra Dokter Marwan itu kini tak ragu sedikitpun.

Ia yakin nyawa pasien di hadapannya itu memang sedang diperebutkan!

***

Dokter Ana menyambut kedatangan Dokter Marwan dengan wajah tegang.

"Ada apa, Ana?"

"Ini kasus yang serius Dokter. Kita tidak boleh lengah menjaga keselamatan pasien ini."

"Bisakah aku mendengar lebih detail lagi?"

"Ada orang-orang yang menginginkan nyawa perempuan ini, Dokter."

"Hmm, maksudmu telah terjadi penyusupan?"

Dokter Ana mengangguk.

"Sudahkah penyidik datang kemari, Ana?"

"Sepeninggal Dokter, dua orang Polisi meminta keterangan dari saya. Mungkin siang ini mereka akan datang lagi."

"Mintalah pengawalan untuk menjaga pasien ini, Ana."

"Akan saya lakukan, Dokter."

"Sekarang kamu pulanglah. Matamu merah sekali. Kau pasti sangat mengantuk."

"Terima kasih, Dokter. Saya memang harus melepas lelah." Dokter Ana meraih tas kerjanya. Setelah mengucap salam, ia bergegas meninggalkan ruangan menuju area parkir. Sebelum menyalakan mesin mobil, dokter perempuan itu mengirim sebuah pesan singkat kepada seseorang.

"Bram, tolong perintahkan salah satu anak buahmu untuk menjaga keselamatan pasienku."

Beberapa menit kemudian pesan singkat itu terbalas.

"Siap, Ana ^_^..." 

Dokter Ana tersenyum. Balasan dari Bram, kekasihnya yang berprofesi sebagai Polisi itu membuatnya sedikit lebih tenang.

***

Sementara dua pria muda melepas seragam putih yang mereka kenakan. Seragam itu dibuang begitu saja ke dalam tong sampah tak jauh dari area parkir. Mata keduanya sejak tadi tak lepas dari mobil avanza berwarna magenta yang dikendarai oleh Dokter Ana. Mereka mengawasi hingga mobil dokter perempuan itu meluncur meninggalkan area parkir Rumah Sakit.

"Sialan! Lelaki tua itu berhasil menggagalkan rencana kita," salah seorang dari mereka berkata geram.

"Kamu sudah menghubungi Big Bos? Pasti dia marah sekali jika mengetahui kegagalan ini," pria yang satunya menyahut.

"Itu sudah jelas! Dua kali kita gagal menghabisi nyawa perempuan itu. Jika yang ketiga nanti gagal, maka gagal pula komisi yang akan kita peroleh...."

"Jangan pesimis begitu. Masih ada kesempatan bagi kita untuk melanjutkan misi ini."

"Tapi aku yakin, dokter perempuan dan temannya itu tidak akan tinggal diam."

"Bro, kita ini bukan penjahat kelas teri. Kamu camkan itu!"

"Baiklah, lalu apa rencana kita selanjutnya?"

Salah satu dari pria itu berbisik. Temannya mendengarkan dengan serius. 

Sesaat kemudian terdengar tawa keduanya pecah berderai.

***

Dua perempuan tengah berjalan beriringan di depan sebuah Mall.

"Mami panggil taksi dulu, ya Galuh." ujar perempuan yang lebih tua seraya menatap gadis yang berjalan di sampingnya. Gadis itu mengangguk.

Seorang pria muda memakai seragam berwarna biru laut datang menghampiri.

"Perlu taksi, Bu?" 

"Benar, antar kami ke jalan Pattimura 12."

Pria muda itu segera membantu membawakan barang-barang mereka. Dua perempuan mengikuti dari belakang. Mereka menuju taksi yang terparkir tidak jauh di ujung jalan.

Barang-barang sudah dimasukkan ke dalam bagasi. Dua perempuan duduk berdampingan di jok belakang. Perlahan taksi mulai melaju. Sesekali sopirnya mengintip dua perempuan itu dari kaca spion.

Mobil berhenti saat lampu merah menyala. Kemudian meluncur lagi begitu lampu berganti warna.

Tiba-tiba perempuan cantik, istri dokter ahli bedah itu mengernyitkan kening.

"Pak, kita salah jalan!" tegurnya pada sang sopir taksi. Sopir muda itu tidak menyahut. Ia malah menambah kecepatan. Kedua perempuan saling berpandangan. Perasaan khawatir mulai menghinggapi.

Dan kekhawatiran kedua perempuan itu akhirnya terbukti. Ketika secara mendadak muncul seseorang mengenakan topeng dari belakang tempat duduk mereka.

Orang bertopeng itu tanpa ragu menodongkan pistol tepat di pelipis kiri istri Dokter Marwan!

Bersambung....

***

Malang, 17 Mei 2016

Lilik Fatimah Azzahra

*Karya ini diikutsertakan Tantangan 100 Hari Menulis Novel FC

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun