Mohon tunggu...
El Fadl
El Fadl Mohon Tunggu... -

Manusia Biasa :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sekilas tentang Red Cliff II

13 Juni 2013   06:18 Diperbarui: 4 April 2017   16:49 9807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1371079086532977068

[caption id="attachment_248580" align="aligncenter" width="300" caption="Red Cliff II"][/caption]

Film Red Cliff 2 merupakan lanjutan kisah Red Cliff yang menceritakan bagian sejarah China pada masa “tiga kerajaan” (The Three Kingdoms) yaitu Kerajaan Wu, Shu, dan Wei. Perseteruan tiga kerajaan tersebut memang memiliki tempat tersendiri dalam sejarah China, sehingga kisahnya banyak sekali dimuat dalam berbagai cerita dengan berbagai versinya. Di antara film yang menceritakan kisah tiga negara di China yakni Red Cliff, Red Cliff 2, dan The Three Kingdoms.

Film Red Cliff 2 diawali dari potongan-potongan cerita dalam film Red Cliff agar penonton yang tidak sempat menyaksikan Red Cliff bisa sedikit mendapatkan gambaran tentang alur cerita yang sedang terjadi. Setelah itu, baru kemudian melanjutkan kisah yang terpotong pada Red Cliff.

Cao Cao, Perdana Menteri China pada masa dinasti Han yang juga memimpin kerajaan provinsi dari keluarga Wei memiliki sifat yang tamak dan rakus. Ia bercita-cita mengalahkan seluruh pesaingnya, dari utara ke selatan, dari timur ke barat. Sasaran yang pertama dalam meraih cita-citanya tersebut adalah kerajaan provinsi yang dipimpin oleh keluarga Wu, Liu Bei.

Liu Bei dikenal sebagai orang yang sangat dekat dengan rakyat. Ia membawa lebih dari 40000 masyarakat sipil dari seluruh negeri China demi mendapatkan keadilan. Keagungan Liu Bei di hadapan masyarakat membuat Cao Cao geram dan akhirnya memfitnah Liu Bei. Cao Cao menuduh Liu Bei sebagai pengkhianat yang akan menggulingkan kaisar. Hal ini membuat kaisar dengan segera mengutus Cao Cao untuk menghancurkan pasukan Liu Bei.

Menghadapi pasukan Cao Cao yang didukung kaisar, Liu Bei berjalan dari satu tempat ke tampat yang lain untuk menyelamatkan rakyat. Akhirnya, ia sampai di negeri Selatan yang dipimpin oleh keluarga Shu. Liu Bei meminta bantuan kepada raja Shu, Sun Quan untuk beraliansi melawan Cao Cao. Berkat loby yang dilakukan oleh seorang kepercayaan Liu Bei, Zhuge Liang yang juga memiliki saudara di Selatan, Zhuge Jun –salah satu orang kepercayaan Shu, Shu dan Wu sepakat untuk membentuk aliansi melawan kekejaman Wei.

Cao Cao terus mengejar pasukan Liu Bei hingga ke Selatan. Bahkan, Cao Cao memang sudah sejak lama mengincar daerah Selatan. Bukan sekedar untuk memperluas wilayah kekuasaannya, tapi juga faktor Xiao Qiao, seorang puteri bangsawan yang pandai meracik teh dan sangat dikenal kecantikannya. Cao Cao ingin membawa Xiao Qiao menjadi permaisurinya, padahal Xiao Qiao telah menikah dengan panglima Shu yang sangat berwibawa, ahli strategi, dan mahir berpedang, Zhou Yu, yang juga merupakan sahabat raja Shu, Sun Quan.

Dalam pertarungan tersebut, Cao Cao mendirikan perkemahan di seberang benteng kerajaan Shu, yaitu sebuah tempat dekat Red Cliff yang menjadi batas pertahanan kerajaan Shu. Sedangkan di antara pasukan Cao Cao dengan pasukan aliansi Wu dan Shu terbentang sungai yang luas.

Untuk mengetahui informasi dari Wei, ahli strategi Wu, Zhuge Liang mengutus adik Sun Quan, Sun Shang Xiang menjadi mata-mata dan strategi ini sangat berhasil. Shang Xiang berhasil mencuri data yang luar biasa sehingga pasukan aliansi Wu dan Shu mengetahui titik lemah Wei.

Ada kisah yang mengharukan, pada saat Shang Xiang pulang dari aktivitas mata-matanya, kakaknya yang tidak mengetahui adiknya ke mana, segera memarahi Shang Xiang karena dianggap telah mengkhawatirkan banyak pihak dengan pergi berhari-hari tanpa berita. Namun pada saat Shang Xiang menunjukkan peta perkemahan Wei yang berhasil di tulisnya pada kain yang sangat besar, Sun Quan kemudian memeluk adiknya dan meminta maaf karena telah memarahinya. Ia bahkan berterima kasih karena adiknya telah berhasil memberikan informasi yang luar biasa.

Pasukan Cao Cao sendiri yang berasal dari Utara tidak biasa berperang di atas air. Karenanya Cao Cao bekerjasama dengan dua jenderal dari Selatan, Cai Mao dan Zhang Yun. Kedua orang inilah yang menjadi kunci keberhasilan Cao Cao bertahan di atas air.

Selain itu, kondisi cuaca yang berubah-ubah di Selatan membuat lebih dari seratus pasukan Wei mati, terjangkit penyakit pes. Sedangkan sebagian lagi hanya bisa berbaring melawan penyakitnya. Wabah menular ini dimanfaatkan oleh Cao Cao. Ia mengirimkan mayat-mayat yang mati karena wabah ke Red Cliff untuk menyebarkannya pada pasukan Aliansi.

Pasukan Aliansi yang melihat mayat pasukan musuh segera mengambil senjata dan perlengkapan yang masih melekat pada tubuh mayat, namun Zhuge Liang segera memerintahkan orang-orang di sana untuk tidak menyentuhnya karena wabah ini menular. Sayang, peringatan Zhuge Liang terlambat sehingga sebagian pasukan dan sebagian besar masyarakat telah terjangkit.

Melihat kondisi seperti ini, Liu Bei mengalami tekanan mental yang luar biasa. Ia tidak tahan jika harus berperang di tengah penyakit yang menimpa masyarakatnya. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi meninggalkan wilayah Selatan, sedangkan perang kini hanya antara Wei dan Shu. Zhuge Liang, yang menjadi negosiator Aliansi menolak untuk pergi. Ia bertekad akan mengakhiri perang ini.

Berbagai strategi dipikirkan oleh pasukan Shu yang kalah jumlah dan persenjataan. Zhuge Liang bertanggungjawab atas pengadaan 100000 anak panah, sedangkan Zhou Yu bertanggungjawab atas Cai Mao dan Zhang Yun. Akhirnya, Zhuge Liang dan Zhou Yu bertaruh bahwa jika di antara mereka ada yang tidak menyelesaikan tanggungjawabnya dalam waktu tiga hari akan dipenggal.

Zhuge Liang membuat strategi untuk mencuri anak panah musuh. Ia bersama Zhuge Jun mengirimkan 20 kapal beserta awak kapal menuju perkemahan Cao Cao. Pada setiap kapal ditempatkan puluhan orang-orangan sawah, sedangkan skema yang ada merupakan sandiwara serangan.

Pasukan musuh yang mengira Shu mulai menyerang menembakkan ratusan ribu anak panah ke arah kapal Zhuge Liang. Namun, anak panah itu hanya menancap pada orang-orangan sawah yang telah dipasang di sekitar kapal. Setelah “mencuri” anak panah musuh, Zhuge Liang pun pulang dengan tertawa, sedangkan pihak musuh mengira mereka telah menang dalam pertempuran ini.

Di tempat lain Zhou Yu pun membuat sandiwara. Pada saat utusan Cao Cao, Jiang Gin, yang juga teman masa kecil Zhou Yu melobi untuk mengakhiri perang dengan penyerahan kekuasaan wilayah Selatan, Zhou Yu membuat cerita yang menyudutkan panglima Cai Mao dan Zhang Yunn, dua orang panglima Selatan yang bekerja untuk Cao Cao. Akhirnya, berita ini sampai pada Cao Cao dan Cao Cao pun termakan strategi Zhou Yu. Ia kemudian memenggal kepala dua orang panglima yang mengerti peperangan di atas air tadi karena dianggap berkhianat. Zhou Yu dan Zhuge Liang berhasil memenangkan persiapan pertempuran. Mental pasukan Cao Cao melemah karena tidak ada panglima yang mengerti peperangan di atas air.

Melihat kondisi ini, Cao Cao pun menjadi kalut. Ia memutuskan untuk melakukan serangan pada malam hari karena angin Barat Daya yang bertiup akan menguntungkan pasukannya. Ia berencana perang menggunakan api. Strategi ini dianggap akan menjatuhkan Red Cliff ke tangan Wei.

Di tempat lain, Zhuge Liang dan Zhou Yu pun berpikir sama, mereka akan berperang dengan api, namun angin Barat Daya akan menghancurkan pasukan sendiri. Tiba-tiba Zhuge Liang melihat awan yang bergerak aneh, dan ia berkata bahwa pada dini hari angin akan berubah drastis. Angin Timur akan bertiup dan menguntungkan pasukan Shu. Sayangnya mereka belum menemukan cara untuk menunda serangan Cao Cao hingga dini hari.

Xiao Qiao yang mendengar pembicaraan ini segera berinisitif menemui Cao Cao untuk menunda serangan Cao Cao dengan lobying yang akan dilakukannya. Ia pun pergi ke perkemahan Cao Cao sendiri. Di sana Xiao Qiao mengajak Cao Cao berbicara sangat panjang. Ia memanfaatkan kelemahan Cao Cao yang memang sangat tertarik kepadanya. Cao Cao sendiri baru sadar jika dirinya dengan dimanfaatkan pada saat mengetahui kabar bahwa angin kini berbalik arah. Angin Timur telah berhembus dan pasukan Wei diambang kehancuran.

Pasukan Shu yang lebih mengenal alam berhasil memanfaatkan ini dengan baik, sedangkan Liu Bei yang pergi dari perang, kembali lagi setelah didesak oleh tiga jenderal ksatrianya. Zhao Yun dari Changsan yang pertama kali memutuskan untuk bergabung kembali dengan pasukan Zhou Yu, kemudian diikuti oleh Zhang Fei dan Guan Yu, dua jenderal yang namanya sangat termasyhur pada era The Three Kingdoms.

Aliansi yang bersatu kembali telah memperkuat pasukan ini, sedangkan pasukan Cao Cao yang tidak berhasil membaca alam kelimpungan, kapal-kapal perangnya dibakar oleh pasukan Aliansi dan mereka mengalami kekalahan total. Sun Quan, Zhou Yu, Liu Bei, Guan Yu, Zhang Fei, dan Zhao Yun berhasil mengepung perkemahan Cao Cao. Dalam kondisi terdesak, dengan pasukan yang tidak ada lagi tersisa, Cao Cao menyerah. Sun Quan yang memiliki wewenang penuh atas wilayah Selatan menyuruh Cao Cao kembali dan meralat ucapannya di hadapan Kaisar. Maka, kemenangan pun menjadi milik Shu dan Wu.

Film ini memiliki kelebihan yang luar biasa dibandingkan film kolosal mandarin lainnya. Selain didukung oleh banyak bintang, seperti Takeshi Kaneshiro (Zhuge Liang), Tony Leung (Zhou Yu), dan Vicky Zhou (Sun Shang Xiang), film ini juga menggambarkan pertarungan yang sangat mendetail, terutama pada kelihaian stretegi perang yang kadang di luar jangkauan akal. Film ini merupakan salah satu film sejarah terbaik yang pernah ada. Walaupun pada beberapa kisah diambil dari legenda, namun keberadaannya sebagai kisah sejarah tetap tidak bisa dipungkiri.

Dalam banyak tulisan, kisah The Three Kingdoms telah banyak diceritakan. Namun, dengan kisah yang sedikit berbeda versi, dan dengan nama-nama yang berbeda versi pula. Zhuge Liang misalnya, dikenal juga dengan nama Kho Beng dalam beberapa tulisan. Sedangkan Zhao Yun, dikenal juga dengan nama Zhu Long, termasuk dalam film The Three Kingdoms yang menceritakan kisah tiga negara dari sudut pandang kehidupannya. Dalam film tersebut tidak disebut nama Zhao Yun, melainkan Zhu Long yang diperankan oleh Andy Lau.

Dalam kisah yang lain, Sun Quan tidak digambarkan sebagai seorang yang pengecut dan penakut, bahkan ia dikenal sebagai panglima pemberani yang menguasai wilayah Selatan. Sedangkan orang yang dikenal penakut dan pengecut yang menjadi raja Selatan dalam kisah yang lain bernama Sun Ce, saudara Sun Quan.

Terlepas dari beberapa perbedaan kisah dan versi, film Red Cliff 2 merupakan film sejarah yang sangat luar biasa dan layak diacungi jempol.

==========

imdb Red Cliff II :

Red Cliff II (2009) "Chi bi xia: Jue zhan tian xia" (original title)

142 min  -  Action | Drama | History  -  20 November 2009 (USA)

Director:

John Woo

Writers:

John Woo (screenplay), Khan Chan (screenplay), 3 more credits »

Stars:

Tony Leung Chiu Wai, Takeshi Kaneshiro, Fengyi Zhang, Wei Zhao, Chiling Lin

link imdb : http://www.imdb.com/title/tt1326972/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun