Mohon tunggu...
Electra Amara Florence
Electra Amara Florence Mohon Tunggu... Buruh - FKUI 2019

see the good~

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Isu Kedokteran Transgender

19 Agustus 2019   19:37 Diperbarui: 19 Agustus 2019   20:18 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Berdasarkan jawaban para sosiolog, jenis kelamin atau seks dan gender digambarkan sebagai dua istilah yang sangat berbeda meskipun orang-orang sampai saat ini pun masih banyak yang memiliki pola pemikiran bahwa keduanya adalah dua kata yang bersinonim. 

Kata seks mengacu pada individu sebagai laki-laki atau perempuan, sedangkan gender adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan karakteristik-karakteristik yang diharapkan dari kedua jenis kelamin dan adalah sebuah istilah yang telah dibangun secara sosial. Dengan memahami arti dari kedua kata ini, transgender dapat digambarkan sebagai individu-individu yang merasakan bahwa gendernya sendiri tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dari seks kelahiran mereka(1).

Dengan adanya komunitas transgender, dunia kini lebih terekspos ke dalam sebuah kenyataan yang menunjukkan bahwa stereotip dan harapan masing-masing jenis kelamin mempunyai kemungkinan tidak cocok untuk orang-orang. Karena kenyataan ini, masyarakat transgender maka akan mendorong perjuangan dunia untuk melawan prasangka dan diskriminasi kepada perbedaan di antara para individj dan membantu dunia agar bisa menjadi tempat yang lebih ramah. Ini telah ditunjukkan oleh hasil survei Ipsos yang mencakup 16 negara(2). 

Secara keseluruhan, 70% responden percaya bahwa orang transgender harus menerima perlindungan lebih dari pemerintah mereka.

Namun, hingga hari ini, komunitas transgender masih menghadapi stigma yang menggambarkan mereka sebagai orang yang mempunyai penyakit mental dan adalah para predator seksual(3). 

Meskipun deskripsi ini telah memudar dalam beberapa tahun terakhir ini karena meningkatnya jumlah orang yang keluar sebagai transgender, masih ada masyarakat-masyarakat di dunia yang malah memilih untuk menolak memahami orang-orang transgender ini. 

Konsekuensi penolakan, seperti yang dilaporkan oleh Association for Psychological Science, dapat menyebabkan serangkaian masalah medis seperti gangguan daya ingat dan berkurangnya aktivitas jantung(4). 

Masalah-masalah ini, jika dialami secara kronis dan berlebihan, dikatakan bisa mengakibatkan para individu untuk berisiko menderita penyakit Alzheimer.

Sejauh mana stigma ini dianggap benar? Meskipun stigma ini mungkin diyakini benar oleh cukup banyak orang di sekeliling dunia, para peniliti justru berpikir dengan cara yang berbeda dan mempromosikan transgenderisme sebagai kondisi medis yang ditimbulkan oleh gangguan kejiwaan. Para peneliti, seperti Crossport Gender Support Group, menjelaskan bahwa transgenderisme lebih disebabkan oleh sekresi hormon pria yang terjadi pada waktu yang salah selama perkembangan janin(5).

Dari penelitian mengenai sekresi hormon ini, komunitas transgender terbukti dapat membantu para dokter belajar tentang betapa berbedanya otak setiap manusia bisa bekerja.

Sebagai imbalannya, dokter dapat membantu untuk menjadi lebih inovatif dengan prosedur-prosedur medis yang memungkinkan untuk dilakukan agar bisa membantu komunitas transgender hidup lebih baik lagi dan bisa lebih berbahagia lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun