Mohon tunggu...
Eldita Rahmayani
Eldita Rahmayani Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Pendidikan Indonesia

Seorang Mahasiswa di perguruan tinggi Indonesia yang sedang menempuh program studi Pendidikan Sosiologi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Harmonisasi Kampung Budaya Sindang Barang sebagai Kampung Adat di Bogor

30 Juni 2022   11:41 Diperbarui: 30 Juni 2022   12:04 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbicara mengenai kampung adat, tentunya tidak lepas dari ciri khas budayanya. Salah satu kampung adat dengan budayanya yang khas adalah Kampung Budaya Sindang Barang. Kampung ini merupakan salah satu kampung adat yang berada di Provinsi Jawa Barat tepatnya di Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Kampung Budaya Sindang Barang telah didirikan sejak abad ke-12. Hal inilah yang membuat kampung ini dianggap sebagai kampung tertua di Bogor.

1-62bd2daed8da7908955ce0a2.jpg
1-62bd2daed8da7908955ce0a2.jpg
Beberapa hari lalu, saya berkesempatan untuk mengunjungi Kampung Budaya Sindang Barang. Untuk tiba di lokasi, saya memilih menggunakan moda transportasi online yang membutuhkan waktu sekitar 30 menit dari Stasiun Bogor dengan kondisi jalan ramai lancar pada saat itu. Meskipun begitu, banyak angkutan umum lainnya yang memfasilitasi kemudahan agar sampai di kampung tersebut. Setibanya di Kampung Budaya Sindang Barang, saya mewawancarai salah satu kokolot, yakni Abah Ukat Sukatma. Banyak para pelancong baik dari dalam maupun luar kota yang tertarik untuk mengunjungi salah satu kampung adat di kota ini.

Berkaitan dengan namanya sebagai kampung budaya, masyarakat Kampung Budaya Sindang Barang memiliki kebiasaan yang dilakukan turun temurun, yaitu upacara adat. Upacara adat ini merupakan salah satu upacara yang sangat menarik. Pada dasarnya, upacara adat memiliki makna tersendiri sehingga terus dilestarikan keberadaannya oleh penduduk setempat. Upacara adat tersebut dikenal dengan upacara adat "Seren Taun Guru Bumi". Bukan tanpa sebab, hadirnya upacara ini adalah sebagai bentuk syukur masyarakat atas hasil bumi dan hasil panen yang melimpah.

Dalam kegiatan ini, upacara dilakukan selama tujuh hari dimulai dari tradisi neteupkeun, sebagai ritual dalam penentuan hari diselenggarakan "Seren Taun". Kemudian, ngembang yakni pergi ke makam leluhur untuk berziarah. Setelah berziarah, di hari ketiga dilakukan ritual yakni ngala cai kakulu atau pengumpulan mata air dari 7 sungai. Setelah itu, hari keempat terdapat ritual dengan sedekah kue yang biasanya dilakukan oleh para warga dengan berebut mendapatkan hidangan yang disiapkan. Selanjutnya, di hari kelima terdapat ritual nugel munding yakni disembelihnya kerbau dengan terlebih dahulu dicipratkan mata air yang telah dikumpulkan. Nantinya, daging kerbau dibagikan untuk masyarakat setempat.

Di hari keenam, merupakan hari diadakannya arak-arakan sayur, ubi, buah, dan padi yang bertujuan dibagikan kepada warga. Hingga saat ini, kegiatan tersebut dilakukan karena dipercaya akan membawa keberkahan bagi kehidupan penerimanya. Sementara itu, kegiatan upacara seren taun berpuncak pada hari ketujuh sebagai upacara yang paling dinantikan karena pada hari inilah banyak pertunjukan diadakan.

Upacara di hari ketujuh yaitu majikeun pare atau menyimpan padi yang telah didoakan dan dicipratkan dari 7 mata air untuk nantinya diletakkan ke dalam leuit atau lumbung padi. Sebagai penutup, ritual parebut dongdang dilakukan oleh para warga dengan memperebutkan hasil bumi. Hal ini, diyakini siapapun yang berhasil menerima hasil bumi akan mendapatkan berkah dan kesejahteraan dalam kehidupannya.

Masyarakat di Kampung Budaya Sindang Barang memiliki 8 jenis kesenian. Namun, dalam upacara adat terdapat tiga jenis kesenian yang lebih disakralkan. Hal ini, dilatar belakangi karena tujuannya untuk upacara adat yakni rengkong berupa bambu besar untuk membawa padi, angklung gubrak untuk mengiringi menyimpan padi ke lumbung, dan pertunjukan reog. Kesenian lainnya adalah seni gondang, kendang pecak, calung, parebut se'eng, dan jaipong.

Menurut Abah Ukat Sukatma selaku kokolot di desa Sindang Barang, permainan tradisional di Kampung Budaya Sindang Barang juga terus dilestarikan, seperti membuat wayang-wayangan, belajar tarian, dan belajar silat pun ikut disuguhkan dan diajarkan baik untuk para penduduk setempat maupun orang-orang yang datang untuk menyambangi kampung budaya. Selain itu, terdapat permainan engrang dan bakiak juga masih tetap dimainkan. Meskipun zaman telah modern, masyarakat di kampung budaya memiliki keinginan kuat agar budaya tetap bertahan dan tidak tergerus oleh zaman.

Keunikan begitu terasa di Kampung Budaya Sindang Barang dengan nuansa pedesaan yang begitu sejuk, asri, dan dikelilingi oleh sawah yang terbentang. Selain itu, hadirnya upacara adat seren taun ditambah dengan bangunan tradisional yang unik yakni rumah-rumah dengan gaya adat Sunda tentu semakin memperkuat nuansa kebudayaan. Dengan demikian, menjajakan kaki di kampung ini tentu siapapun dapat dengan mudah menemui masyarakat Sunda yang lekat akan keharmonisan antara manusia, alam, dan budayanya yang terus memperlihatkan keselarasan di Kampung Budaya Sindang Barang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun