Mohon tunggu...
Jor El
Jor El Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Lepas

Menghabiskan waktu luang dengan membaca dan menulis. Membangun negara dan bangsa dengan imajinasi gambar dan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lewat "Pohon Beringin," "Monyet Lampung" Incar Istana

17 April 2012   23:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:29 1093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1334710141353084503

Ir. H. Aburizal Bakrie -atau yang akrab disapa Ical- memang selalu menjadi perhatian publik. Dengan tingkat percaya diri yang tinggi, pria yang pernah dikatakan mirip dengan "monyet lampung" ini, berusaha untuk mencapai RI-1 lewat "pohon beringin". Alih-alih akan menjaga persatuan partai, si "monyet lampung" malah berusaha menciptakan kontroversi. Tak ayal, kritikan pedas dari sebagian elit partai Golkar dan pengamat politik, terus mengalir buat pria 65 tahun ini Meski banyak kasus yang melilit "monyet lampung", nama Ical selalu melejit dalam pesta survei-surveian. Ini menjadi tanya besar, apa mungkin rakyat sebodoh itu menempatkan bapak 3 anak ini sebagai orang yang bermutu dalam acara survei? Saya rasa tidak. Akibatnya, acara survei-surveian hanya dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat. Kita tentu masih mengingat masalah royalti/pajak batubara yang sempat melilit Ical. Sri Mulyani, yang pada saat itu menjabat sebagai menteri keuangan, menyebut pajak Bakrie menunggak sedikitnya Rp. 2-5 triliun. Bahkan nominal yang disebutkan Indonesian Coruption Watch (ICW) lebih mencengangkan yaitu sebesar US $ 1,680 miliar, itu cuma untuk tahun 2010, belum dengan tahun-tahun lainnya. Meski memiliki kekayaan sebesar US $ 890 juta, versi masalah Forbes, tak cukup membebaskan Ical dari masalah uang. Perusahaan Bakrie Life sendiri bahkan belum membayar tunggakan utang dana nasabah Diamond Investa sebesar Rp. 360 miliar. Akibatnya, para nasabah asuransi Diamond Investa cuma bisa gigit jari. Kasus lumpur Lapindo pun tidak luput dari pandangan "garuda". Untuk memuluskan lompatannya dari "pohon beringin" ke istana RI-1, Ical pun berjanji untuk menyelesaikan masalah ini di tahun 2012. Kasus yang mencuat ditahun 2006 ini, benar-benar merusak image Ical ditanah Jawa. Alhasil, PT Lapindo Brantas yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Bakrie family, mendapat kecaman sana-sini dari masyarkat. Ical tidak sendirian dalam menyelesaikan masalah ini, pemerintah pun turut ambil bagian dalam menyelesaikannya. Akibat "kedermawaan" presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY), negara berhasil dirugikan sebesar Rp. 795 miliar hanya kurun waktu 3 tahun (2007-2009). Disini penulis tidak akan membahas lebih jauh mengenai lumpur Lapindo, karena akan dibahas secara gamblang di artikel berikutnya "Ical 'ngebor' Lapindo, SBY 'ngebor' pasal 18". Bukan hanya di dunia politik saja nama Ical tercoreng, dunia olah raga pun juga di embat olehnya dan para pecinta bola lah yang paling merasakan "embatan" itu. Bagaimana tidak, dikala pemain timnas berkonsentrasi di piala AFF, Ical malah mengundang para pemain Timnas kerumahnya. Tak ayal, para pecinta bola meminta Nurdin Halid, yang notabene nya merupakan kader Golkar, mundur dari jabatannya. Tingkah laku sebaliknya malah ditunjukan oleh pimpinan Golkar, ditengah sedang menggenjot motto Suara Rakyat Suara Golkar, Ical malah mendukung Nurdin Halid sebagai ketua PSSI. Dengan melihat rekam jejak Ical yang tidak begitu "indah", wajarlah bila rakyat Indonesia mencibir Ical sebagai calon RI-1. Saran saya, Ical seharusnya lebih fokus menyelesaikan masalah-masalah yang memayunginya, agar nama baik Ical dan Golkar tidak seburuk wajah monyet Lampung. Salam,

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun