Mohon tunggu...
El Christto
El Christto Mohon Tunggu... Swasta -

credo quia absurdum

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

30 Menit Melesat Cepat, dari Bundaran Hotel Indonesia Ke Lebak Bulus

30 Desember 2018   13:59 Diperbarui: 30 Desember 2018   14:06 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
MRT-Jakarta memasuki Stasiun Fatmawati | Foto: ElChristto

Dari sebuah puisi yang terdapat dalam kitab Arjuna Wijaya dan Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular, terselip sebuah nama "Ratangga" yang bermakna "Kereta Perang". Ada gambaran tentang kekuatan dan pejuang, yang tentunya sangat identik serta melekat pada Kereta Perang.

Nama "Ratangga" telah ditetapkan sebagai nama kereta dari Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta. Ratangga ini diharapkan akan selalu tangguh dan kuat untuk mengangkut para Pejuang Jakarta yang sedang berikhtiar demi kehidupan yang lebih baik.

"98,10 persen," ungkap Direktur Utama MRT-Jakarta William Sabandar, mengenai kondisi progres konstruksi pembangunan MRT saat pemaparan Forum Jurnalis-Blogger MRT pada 27/12/2018 lalu di MetroCafe Tosari Jakarta Pusat.

Hingga Desember 2018, progres pembangunan telah mencapai 98,10%. Progres tersebut terdiri jalur layang (elevated) dan depo telah mencapai 97,80%, serta jalur bawah tanah (underground) mencapai 98,41%. MRT-Jakarta fase 1 rute Bundaran Hotel Indonesia (HI)- Lebak Bulus, akan beroperasi secara komersial pada bulan Maret 2019 mendatang.

Total 16 rangkaian kereta Ratangga telah berada di rel di Depo Lebak Bulus Jakarta Selatan. Empat rangkaian terakhir telah tiba pada awal Desember 2018. Mulai 24 Desember 2018 hingga akhir tahun 2018 ini, kegiatan ujicoba operasi dalam tahap pararel trial run. Ujicoba berjalan terbatas karena pararel dengan kegiatan Integrated Test & Commisioning (ITC). Sifatnya sebagai persiapan OM staff (masinis, staf stasiun, staf pemeliharaan, OCC) dalam mengenali lintasan dan fasilitas stasiun (sarana-prasarana).

Untuk tahap full trial run akan dilaksanakan pada bulan Februari 2018. Masih dalam dukungan penuh kontraktor, full trial run akan dilakukan seusai ITC dan dijalankan dengan pola sesuai rencana dan belum untuk membawa penumpang secara komersial.

Dari enam stasiun bawah tanah, tiga diantaranya telah memiliki nama. Tiga korporasi telah berhasil memenangkannya melalui tender Transit Oriented Development (TOD), yang mana nama korporasi berhak dicantunkan pada nama stasiun. Ketiga nama stasiun tersebut adalah Stasiun Dukuh Atas BNI (Bank BNI), Stasiun Setiabudi Astra (Astra International), Stasiun Istora Mandiri (Bank Mandiri).

Tak lama lagi akan menyusul penamaan delapan stasiun. William mengatakan bahwa masa berlaku kontrak pemakaian nama stasiun selama sepuluh tahun, namun akan selalu di-review setiap tahunnya. Penamaan stasiun ditawarkan kepada berbagai korporasi dalam rentang jarak 700 meter dari lokasi stasiun. Untuk Stasiun Bundaran Hotel Indonesia (HI), yang berada di luar radius 700 meter akan dapat mengajukan proposal tendernya.

Teknologi baru memunculkan spekulasi mahalnya tiket perjalanan. Tiket MRT-Jakarta masih terus digodok oleh pemerintah mengenai besarannya. Estimasi termahalnya sekitar Rp. 12.800,- untuk jarak tempuh 13 stasiun. Rp. 2.200,- untuk hitungan jarak tempuh per stasiun, serta Rp. 8.500,- untuk setiap jarak tempuh sepuluh kilometer.

MRT-Jakarta kelak hanya akan mengoperasikan 14 rangkaian kereta dan dua rangkaian disimpan sebagai cadangan. Satu rangkaian yang berisi 6 kereta ini, secara keseluruhan dapat mengangkut 1.200 hingga 1.800 orang penumpang. Kecepatan maksimal di jalur layang sekitar 100 km/jam, dan 80 km/jam di jalur bawah tanah. Panjang jalur 16 km dari Bundaran HI hingga Lebak Bulus, dapat ditempuh dengan waktu 30 menit saja.

William Sabandar di samping Mini Information Center MRT | Foto: ElChristto
William Sabandar di samping Mini Information Center MRT | Foto: ElChristto
Seusai kegiatan Forum Jurnalis-Blogger MRT, William Sabandar meresmikan Mini Information Center MRT di Taman Dukuh Atas.
Masyarakat umum akan dapat memperoleh informasi mengenai bagaimana rencana pengoperasian MRT-Jakarta, mulai dari informasi spesifikasi kereta, tiket kereta, hingga fasilitas yang tersedia di seluruh 13 stasiun.

Seusai peresmian Mini Information Center MRT, William Sabandar pun mengajak Jurnalis & Blogger untuk berjalan kaki menuju Stasiun Bundaran HI yang berlokasi depan Plaza Indonesia dan tak jauh dari Kedutaan Besar Jepang. Pihak MRT-Jakarta pun melakukan pemeriksaan identitas jurnalis dan blogger, karena dalam ujicoba ini masyarakat umum tak diperkenankan untuk hadir.


Setelah menunggu agak cukup lama, telah tampak kedatangan rombongan Direksi MRT Jakarta yang turut mendampingi kunjungan resmi dari Menteri Pertanahan, Infrastruktur & Transportasi Jepang Keiichi Ishii. Mereka berencana mengunjungi Depo MRT Lebak Bulus Jakarta Selatan. Setelah tamu VIP telah memasuki Kereta 6, rombongan Jurnalis dan Blogger akhirnya segera masuk ke Kereta 5.

Sebagaimana spesifikasi yang telah banyak diulas di berbagai media, Ratangga MRT-Jakarta segera melesat cepat meninggalkan Stasiun Bundaran HI menuju Stasiun Dukuh Atas BNI. Setelah pintu pembatas di stasiun terbuka, maka barulah terbuka pintu Ratangga. Setelah pintu Ratangga tertutup, maka pintu pembatas peron pun tertutup kembali.

Ratangga melesat kembali menuju stasiun berikutnya yakni Setiabudi Astra, Bendungan Hilir, Istora Mandiri, Senayan. Seusai melewati Stasiun Senayan yang masih berada di bawah tanah, akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba.


Yes, akhirnya Ratangga "terbang" melintasi jalur layang untuk menuju Stasiun Sisingamaraja. Kemudian Ratangga mengantarkan Pejuang Jakarta melintasi Stasiun Blok-M, Blok-A, Haji Nawi, Cipete Raya, Fatmawati, dan berakhir di Lebak Bulus. Tak sampai 30 menit lho...

Setelah tiba di Stasiun Lebak Bulus, Ratangga bergerak menuju jalur putar balik (atret) di seberang Sepolwan Ciputat. Sesuai berhenti untuk melakukan atret, tim masinis penguji pun berpindah ke gerbong sebaliknya. Akhirnya Ratangga pun tiba kembali di rumahnya Depo Lebak bulus. Biarkanlah Ratangga beristirahat sejenak melepas "lelahnya".

Keiichi Ishii (depan, kedua dari kiri) dan William Subandar (depan, tiga dari kiri) saat di Depo Lebakbulus | Foto: ElChristto
Keiichi Ishii (depan, kedua dari kiri) dan William Subandar (depan, tiga dari kiri) saat di Depo Lebakbulus | Foto: ElChristto
Ratangga MRT-Jakarta di Depo Lebakbulus | Foto: ElChristto
Ratangga MRT-Jakarta di Depo Lebakbulus | Foto: ElChristto
Tapi MRT-Jakarta tak pernah lelah mengajak masyarakat untuk mewujudkan perubahan Jakarta yang lebih baik. Suara #UbahJakarta akan terus bergema memberikan pemahaman arti pentingnya mengubah gaya hidup dari penggunaan kendaraan pribadi ke transportasi publik. Perubahan yang lebih baik bagi warga Jakarta ini tak hanya dari sisi transportasi, namun juga dari sisi sosial, budaya, kesehatan, dan lingkungan hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun