Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Petani - Serabutan

Ikuti kata hati. Itu saja...!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Nasdem-Golkar Selingkuh, Surya Paloh Niat Geser Mega?

3 Maret 2021   13:36 Diperbarui: 3 Maret 2021   13:43 1013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


RIAK saling sikut dan mengedepankan kepentingan masing-masing sudah mulai tampak terjadi pada tubuh koalisi partai pemerintah. Situasi ini bukan hal yang aneh, dan pasti bakal terjadi. Sebab, meski sama-sama sebagai partai pendukung, dapur tiap-tiap partai adalah urusannya masing-masing. 

Sebagaimana diketahui, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menuju periode akhir. Presiden Jokowi sudah tidak mungkin lagi mencalonkan diri, sebagaimana diatur dalam pasal 7 UUD 1945 dan  UU Pemilu Nomor 7 Tahun 2017. 

Dengan demikian koalisi partai pendukung pemerintah atau khususnya pendukung Jokowi tentu tidak akan berkepentingan lagi pada pemilu atau pilpres mendatang. Untuk itu mereka akan kembali menseting ulang pola dukungannya. Siapa yang bakal didukung dan dengan siapa menjalin koalisinya. 

Masih belum jelas apa yang dibicarakan dan arahnya kemana. Namun pertemuan dua orang ketua umum partai, yakni Airlangga Hartarto (Golkar) dengan Surya Paloh (Nasdem) di Pulau Kali Age, Kepulauan Seribu, beberapa waktu lalu ditenggarai tidak jauh-jauh membahas soal Pilpres 2024. Paling tidak, hal tersebut banyak diperkirakan oleh beberapa pengamat politik tanah air. Bahkan ada hang spesifik, dalam pertemuan itu, Surya Paloh atau Nasdem menginginkan atau mengajukan posisi capres hasil konvensi 2022, kemudian menawarkan Golkar untuk mengisi slot cawapres. 

Boleh jadi semua praduga itu benar. Sebab, sulit rasanya mengatakan bahwa pertemuan kedua pimpinan tertinggi partai politik itu membicarakan soal kepentingan atau permasalahan bangsa dan negara. Terlebih pertemuan tersebut dilaksanakan di vila pribadi Surya Paloh. 

Secara politik memang tidak salah dengan apa yang dilakukan oleh Airlangga dan Surya Paloh tersebut. Namun, rasanya mereka berdua seolah tidak paham dengan situasi dan kondisi bangsa saat ini yang tengah dirundung masalah akibat pandemi covid-19. Mestinya, mereka mengerem diri dulu mengedepankan kepentingan politiknya dan fokus terhadap permasalahan bangsa. Apalagi Airlangga Hartarto yang saat ini dipercaya sebagai Menko Perekonomian, sedianya fokus memikirkan pemulihan ekonomi, bukan malah asik membahas kepentingan pribadi dan golongan. 

Bagi penulis, apa yang dilakukan Airlangga dan Surya Paloh ini adalah perilaku selingkuh. Di saat keduanya masih terikat dengan pemerintah dan Presiden Jokowi, malah berani "main mata" berdua, seolah tak peduli lagi dengan ikatan yang ada. Bagaimana mereka bisa fokus memikirkan nasib bangsa bila pikirannya telah bercabang. 

Namun begitu, khusus Nasdem atau Surya Paloh sepertinya tak usah heran. Jauh-jauh hari, mereka memang telah mencoba berselingkuh. Tentu kita masih ingat, saat jelang-jelang pengumuman susunan Kabinet Indonesia Maju (KIM), Surya Paloh juga sempat menemui partai di luar koalisi pemerintah, PKS dan PAN. Pertemuan itu lantas diasumsikan pengamat dan publik sebagai manuver politik pemilik Media Group tersebut untuk menjadikan dirinya sebagai king maker pada pemilu 2024. Dengan kata lain hendak mencoba untuk mengambil alih kuasa PDI Perjuangan dan Megawati yang dalam dua pemilu terakhir menjadi king maker-nya. 

Sementara PDI Perjuangan sendiri menanggapi santai atas terjadinya pertemuan kedua ketua umum partai tadi. Mereka masih yakin bahwa keutuhan koalisi masih kuat hingga masa jabatan Jokowi-Ma'ruf Amin berakhir. 

"Dalam politik, hal-hal demikian biasa. Semua ingin memperbaiki posisi tawar, mengirim sinyal-sinyal niatan masa depan, memolakan peta dan pola permainan dan sebagainya," kata Ketua DPP PDIP, Hendrawan Supratikno, Rabu (3/3). Dikutip dari CNNIndonesia.com. 

Hendrawan juga menyinggung soal manuver-manuver Surya Paloh sebelumnya. Namun pihaknya santai-santai saja. Sebab, menurutnya hal itu wajar dalam politik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun