IBARAT air dengan minyak yang tidak akan pernah bisa bersatu, itulah kira-kira gambaran logis tentang situasi yang melibatkan Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok dengan Habib Rizieq Shihab dan FPI-nya. Kedua pihak sepertinya ditakdirkan tidak akan pernah akur.Â
Sejarah mencatat benih-benih perseteruan diantara keduanya telah dimulai sejak 2014 silam. Kala itu, Ahok belum lama menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta mendampingi Joko Widodo (Jokowi).Â
Terkait jabatannya ini, Ahok sempat berencana atau ingin membubarkan Ormas FPI, lantaran aksi-aksinya yang kerap anarkis. Namun, niatnya itu tak terwujud. FPI malah berkembang makin besar.Â
Saat Jokowi, naik jabatan politiknya menjadi Presiden, Ahok pun otomatis menggantikan posisinya sebagai orang nomor satu di ibu kota. Dari sini, Habib Rizieq dan FPI-nya mulai getol menyerang ahok, dengan dalih merasa pihak yang ter-marginalkan.Â
Namun, hal itu hanya kedok semata. Maksud utama mereka sebenarnya tidak senang dengan keberadaan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta. Alasannya apalagi kalau bukan perbedaan keyakinan, plus sikap Ahok yang keras terhadap FPI.Â
Kebencian FPI seolah mendapat jalan pelampiasan jelang Pilgub DKI Jakarta 2017. Video Ahok saat mengunjungi Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu viral. Mantan Bupati Belitung Timur itu dituding telah melakukan penistaan agama, terkait Surat Al-Maidah ayat 51.Â
Aksi-aksi massa besar-besaran pun tak terelakan. Mereka menuntut Ahok turun dari jabatannya dan mendesak aparat kepolisian mengusut tuntas kasus tersebut.Â
Lebih dari itu, FPI dan Habib Rizieq pun punya misi politik khusus. Ahok jangan lagi menjadi Gubernur DKI Jakarta, karena mereka memiliki pasangan calon sendiri. Anies Baswedan-Sandiaga Uno.Â
Hasilnya sukses besar. Ahok yang berpasangan dengan Djarot Syaiful Hidayat kalah dari Anies-Sandi. Tak lama kemudian, Ahok pun divonis bersalah oleh Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan. Dan, divonis dua tahun kurungan penjara.Â
Selepas dari masa tahanan yang dilaluinya selama 1 tahun 8 bulan, Ahok tak lantas terpuruk. Dia sempat digadang-gadang menjadi salah seorang pembantu Jokowi di kabinet.Â
Namun tak terwujud. Ahok akhirnya menjabat sebagai Komisaris Utama (Komut) Pertamina. Itupun bukan tanpa halangan. FPI yang telah berbaur dengan PA 212 paling santer menentangnya.Â