Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menakar Gaya Komunikasi Terawan, Fakta atau ABS?

9 Maret 2020   11:40 Diperbarui: 9 Maret 2020   11:44 1208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MENTERI Kesehatan (Menkes), Terawan Agus Putranto, boleh jadi adalah salah seorang sosok pembantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Kabinet Indonesia Maju (KIM) yang cukup memancing kontroversi, sejak awal pengangkatannya sebagai Menkes.

Tidak sedikit pihak dikejutkan dengan pengangkatan mantan Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), terutama dari kalangan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Soalnya, yang bersangkutan telah dipecat dari keanggotaan IDI akibat dianggap melanggar kode etik kedokteran. Hasil temuannya berupa metode pengobatan dengan cara cuci otak dianggap tidak sesuai dengan ketentuan atau aturan IDI.

Kendati demikian, Presiden Jokowi bergeming dengan keputusannya. Terawan pun tetap dipercaya menjadi seorang Menkes hingga sekarang.

Tidak ada yang aneh atau luar biasa yang dibuat Terawan selama hampir beberapa bulan lamanya menjabat sebagai orang yang paling bertangungjawab dalam dunia kesehatan di tanah air. Sama halnya dengan menteri-menteri sebelumnya, selalu bekerja dalam tataran normatif.

Sampai akhirnya, dunia dihebohkan dengan kasus penyebaran virus corona (covid-19) yang dipercaya berasal dari Wuhan, Provinsi Hubei, China. Nama Terawan kembali menjadi pusat perhatian publik tanah air karena pernyataan-pernyataannya yang berbau kontroversi.

Pernyataan-pernyataan yang berbau kontroversial ini bermula dari begitu maraknya penyebaran wabah virus corona ke sejumlah negara hingga menimbulkan korban jiwa. Sementara di Indonesia sendiri masih negatif terhadap penyebaran virus mematikan tersebut.

Hal ini sempat menimbulkan kecurigaan dari sejumlah pihak. Bahkan hasil study di Universitas Harvard, Amerika Serikat menyebut, bahawa seharusnya virus corona telah masuk ke Indonesia.

Indonesia belum melaporkan satu pun kasus (penularan virus Corona) dan menurut kami, seharusnya sekarang sudah ada beberapa kasus," kata Marc Lipsitch, ilmuwan dari Universitas Harvard yang terlibat dalam studi itu kepada ABC. (Suara.com).

Kendati begitu, Terawan bersikukuh bahwa di tanah air masih belum ditemukan satupun warganya yang terkomfirmasi positif terinfeksi virus corona (covid-19). Alasannya adalah warga negara Indonesia (WNI) telah kebal terhadap penularan virus dimaksud.

Dari sinilah awal kontroversi terjadi. Terawan mengatakan, bahwa kebalnya WNI terhadap penyebaran wabah virus corona tak lepas dari kekuatan doa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun