"Bro Kapan Nikah? Ga enak loh ngejomlo terus!"
PERTANYAAN semacam ini kerap kali terlontar dari seorang sahabat yang biasanya sudah menikah terhadap sahabat lainnya yang masih bertahan dengan kesendiriannya.Â
Padahal mungkin usianya sudah lebih dari cukup untuk membangun bahtera rumah tangga.
Sengaja penulis tulis dengan kalimat "bertahan dengan kesendirian. Karena, kalau disebut jomlo takutnya siapapun pembaca di luar sana ada yang tersinggung.
Kenapa selalu pertanyaan itu yang kerap terlontar? Karena, pernikahan seringkali dianggap sebagai simbol kemapanan seseorang, terutama pria.
Mapan di sini tentunya bukan melulu masalah ekonomi. Tapi juga tentang kekuatan iman, mental, Â tanggung jawab, dan sikap dewasa.
Ya, dengan telah memiliki "kemapanan" dari masing-masing individu seperti yang penulis tulis di atas, kemungkinan besar pernikahan akan bertahan awet alias tahan lama. Meski dalam perjalanannya badai besar selalu menghantam bahtera rumah tangga.
Jelas dalam hal ini "kemapanan" sangat dibutuhkan, karena pernikahan itu bukanlah hidup semau gue yang berdiri sendiri.
Pernikahan adalah upacara pengikatan janji bersatunya dua insan (pria dan wanita) dalam ikatan rumah tangga, yang diresmikan secara norma agama, norma hukum dan norma sosial.
Perlu digaris bawahi adalah kalimat bersatunya dua insan (pria dan wanita). Artinya bersatunya pula dua kepribadian, dua keinginan dan dua lainnya, yang tentunya bukan perkara mudah diwujudkan.
Tapi, jika masing-masing dari kita telah mapan, insya Alloh pada akhirnya bisa terwujud meski mungkin tidak pernah akan sempurna.