Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Filosofi Matahari

4 Februari 2020   13:21 Diperbarui: 4 Februari 2020   13:48 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SEPERTI biasanya, sebelum beraktivitas memburu berita, aku selalu menyempatkan diri mampir di sebuah kedai kopi yang ada di dekat taman Alun-alun Sumedang.

Ya, rasanya ada yang kurang jika aku tidak menyempatkan dulu ke kedai itu. Kopi giling hasil seduhan Mang Dirman memang benar-benar terasa nikmat dan mampu memberikan energi tambahan untuk mampu menaklukan hari-hari yang selalu disibukan oleh pekerjaan.

Setiap pagi nongkrong di kedai kopi Mang Dirman, aku juga hampir setiap hari melihat seorang kakek masih begitu gigih menjual kacang rebus di areal taman Alun-alun Sumedang.

Kakek ini sudah tampak kurus dengan postur tubuh mulai sedikit bungkuk. Tapi, sepertinya kekurangan tersebut tidak menjadikan halangan untuknya mengais rejeki. Entah mengapa, hari itu muncul perasaan iba dalam diri. Kuputuskan dalam hati untuk memberi sedikit rejeki padanya.

"Kek, bisa kemari, sebentar!"

Mendengar seruanku, si kakek berbegas menghampiri dengan wajah sumringah. Mungkin dia merasa, aku akan membeli kacang rebusnya. "Iya, Nak. Tunggu sebentar."

Setelah jarak diantara kami begitu dekat, si kakek langsung menyodorkan kacang rebus, jualannya.

"Mau beli berapa bungkus?"

"Oh, mending kakek duduk dulu! Mau minum kopi?"

"Oh, tidak. Terimakasih, kakek masih harus berjualan."

"Tenang saja, Kek. Nanti aku beli kacang rebusnya. Sekarang, mending kakek ngopi dulu!" Kataku, setengah memaksa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun