"Kakak bingung memikirkan kuliah kakak. Darimana kakak mendapat biaya?" Keluh Nita.
"Kak (Jaka menatap kakaknya tajam), saat pemakaman ibu, Jaka telah berjanji di depan makam ibu. Jaka akan terus berusaha memberikan yang terbaik buat kakak. Biarlah, tentang biaya kakak, Jaka yang akan berusaha mencarinya. Toh, Jaka tidak sekolah ini. Jaka bisa mencari pekerjaan apapun asal halal."
"Tapi, kakak ini yang lebih punya tanggung jawab..."
"kak, Jaka ini anak laki-laki dan di dunia ini wanita kedua yang paling Jaka sayang setelah ibu adalah kakak Jaka akan bekerja lebih keras untuk biaya kakak kuliah."
Nita hanya diam. Air matanya seakan tak ingin berhenti mengalir. Bukan air mata kepedihan, namun air mata bahagia. Nita bersyukur memiliki seorang adik yang begitu menyayanginya. Ia peluk adiknya.
"Adikku, bagaimanapun engkau gak boleh kerja keras sendirian. Sekarang kita hanya berdua. Jadi susah senang harus ditanggung bersama. Kalau Jaka kerja keras, kakakpun akan kerja keras. Kita berjuang bersama, ya?"
Jaka tersenyum dan berbisik "sebelum hari itu tiba, Jaka akan selalu menjaga kakak dan melakukan yang terbaik untuk kakak."
.......TAMAT........