"Terus?"......
"Ya kita harus konsisten nyari donat-donat yang besar dan lezat. Bila perlu ada kejunya. Dijamin kita cepat kaya. Kecuali......" Si botak kembali tak melanjutkan kalimatnya. Membuat si kurus makin penasaran.
"Kecuali apa?"....
"Kecuali kalau ada kesempatan. Apa salahnya kue cucur dan gemblong pun kita embat sekalian" lanjut si botak.
"Iya rus, tak usah peduli urusan rakyat. Bagi kita yang penting, bagaimana caranya dapat kekayaan sampai ke anak cicit dan perut kita jadi buncit,..ha..ha..ha.." kata si buncit, tertawa lepas
Begitulah, ketiga tikus calon anggota dewan itu belum apa-apa sudah punya niatan buruk dalam menjalankan amanahnya selaku penyambung lidah para tikus. Bagi mereka pengambilan sumpah dan janji jabatan bukan lagi masalah sakral, melainkan sebatas seremonial. Sumpah janji jabatan, hanya akan dijadikan jembatan awal untuk memperkaya diri. Biarkan rakyat menggonggong, tikus santai berlalu.
Keesokan hari...
Suasana gedung parlemen tikus cukup ramai dengan kehadiran seluruh anggota dewan tikus yang akan dilantik dan beberapa tikus undangan dari kalangan pejabat birokrasi serta unsur lainnya. Senda gurau, canda tawa menggetarkan seluruh ruangan sidang paripurna pelantikan dewan perwakilan rasuah. Keadaan baru hening, kala acara pengambilan sumpah dan janji jabatan akan segera dimulai.
Seluruh tikus yang akan dilantik dan diambil sumpahnya tampak khidmat dan berbaris rapih. Makin kelihatan rapih karena pakaian yang dikenakannya pun seragam. Bahkan tak menutup kemungkinan, isi otak merekapun seragam pula.
Sementara, pengambilan sumpah dan janji sedang berlangsung. Ada seekor kucing tampak hadir mengintai di sana dan tersenyum nyinyir.
"Ah...sumpah dan janji palsu. Besok-besok kalian tak akan kuat dengan segala jebakan duniawi. (Harta, tahta dan wanita). Siap-siap saja untuk kuterkam" gumamnya. Dan kucing pun berlalu, menunggu saat-saat itu tiba.***