TAK TERASA satu minggu sudah kegiatan Shandy dan anak buahnya berada dalam hutan. Dengan kata lain, acara rutin tahunan ini berakhir. Mereka kembali ke ibu kota untuk melaksanakan rutinitas seperti biasa. Dalam satu minggu Prita tak pernah jauh dari Shandy. Dalam satu pekan, Prita bisa memahami dan mengetahui sifat-sifat Shandy sesungguhnya. Lelaki yang disangka angkuh, jutek, kaku serta dingin itu ternyata sosok pribadi hangat, supel, murah senyum dan berwibawa. Ini membuat hati gadis jelita  terperosok jauh ke jurang asmara.Â
Tapi, dalam tujuh hari itu pula, Prita kudu balik ke kampusnya. Ada perasaan berat bagi gadis muda ini untuk kembali ke lingkungan semula. Soalnya, Â kehilangan Shandy.
Di sisi lain, anak buah Shandy-pun ternyata merasakan hal serupa. Mereka berat melepas Prita. Gadis muda ini dianggap mampu mencairkan suasana waktu acara di hutan yang penuh nuansa serius. Sifat periang, nakal, dan senyum manisnya itu membekas di hati anak buah Shandy.
"Jangan sedih gitu dong....!.Aku kan belum mati. Aku janji, kapan-kapan mampir ke kantor ini lagi" celetuk Prita pada semua anak buah Shandy yang tampak murung.
"Tapi ngomong-ngomong pak Shandy kemana ya? Serempak anak buah Shandy-pun celingukan, matanya liar mencari sosok pimpinannya itu.
"Mungkin dia lagi di ruangannya" sahut Joko.
Tak salah, orang yang dicari tengah menyendiri. Hanya ditemani satu buah buku kecil yang ada di atas meja kerja. Mukanya lusuh, tak bergairah. Entah apa yang dipikirkan pria ini, sampai tidak sadar akan Kehadiran Prita. Sejak tadi memandangnya di depan pintu.
"Hey....! Boleh saya masuk?"
"Oh ya silahkan..!" Jawab Shandy gelagapan. Kaget, pikirnya tiba-tiba Prita sudah ada di depan pintu.
"Ada apa kau ke sini?"
"Aku mau mohon pamit pak" Sahutnya dengan nada agak berat.