Mohon tunggu...
Elang Bakhrudin
Elang Bakhrudin Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer and Observer of Community Problems

Likes to share knowledge and experience for community enlightenment

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Profesional Tidak Selalu Memberikan PR

29 Oktober 2022   13:00 Diperbarui: 29 Oktober 2022   13:15 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dirasa oleh kebanyakan siswa dan orang tua PR itu beban, terlebih lagi PR yang diberikan tidak disesuaikan dengan kebutuhan sebagai pelajaran tambahan, malah pengrjaannya sangat menyita waktu bagi anak untuk berkegiatan lain, belum lagi jumlah soal yang harus dikerjakan tidak terkira banyaknya. Stres-stres kecil terlihat pada anak sebagai dampak adanya PR yang terus meneerus dari gurunya. Bisa dibayangkan  jika 10 mata pelajaran ada PR semuanya maka proses belajar bukan lagi menyenangkan tapi menakutkan.

Pengalaman pribadi sebagai guru, bahwa memberikan PR bukan ciri guru profesional, malah terindikasi sebagai bentuk pengalihan atas kurang tepatnya membuat rencana pembelajaran yang diseuaikan dengan waktu yang ada, banyaknya kegiatan guru diluar konteks menyebabkan tidak terpenuhinya capaian materi yang harusnya diberikan kepada siswa sebagai akibatnya siswa menanggung beban tersebut dalam bentuk PR.

Guru yang profesional tidak selalu memberikan PR, PR hanya diperlukan sebagai tambahan pekerjaan setelah tidak cukup waktu di sekolah mengerjakannya, bukan utama dari A-Z seperti dikerjakan di sekolah, Semisal ada 10 nomor yang harus diselesaikan ternyata hanya 7 nomor yang bisa dikerjakan karena habis waktu, maka sisanya itu adalah PR. Bukan semuanya wajib dikerjakan di rumah sementara gurunya izin tidak mengajar pada waktu yang seharusnya mengajar.

Dengan demikia masalah  PR bukan masalah setuju dan tidak setuju, karena PR juga diperlukan pada sat yang dibutuhkan untuk memberikan nilai tambah belajar bagi siswa, ketika muncul persoalan tentang PR yang dirasa beban maka kritiknya juga ditujukan kepada guru sebagai pengajar sekaligus pendidik. Kedua hal ini, yaitu fungsi pengajar dan pendidik apakah sudah cukup terlaksana dengan baik ataukah masih perlu pembinaan lebih lanjut. 

Memang melalui PPG dan Sertifikasi guru yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan telah cukup berhasil dari sisi administratif namun tidak selalu berjalan dalam aplikasinya, karena masalah Profesional tidak sekedar tersertifikasi dari segi memiliki sertfikat namun menyangkut skill dan kepribadian yang kemudian menjadi watak, yaitu watak profesional yang mengedepankan hasil maksimal, tepat guna dan tepat sasran. Bukan asal dikejakan atau dikerjakan asal-asalan. Di sini diperlukan penguatan karakter  agar terwujud dalam aplikasi proses pembelajaran.

PR tetap diperlukan sebatas usaha belajar tambahan yang menyenangkan dan tidak membebani yang berdampak psikologis yang menimbulkan kebosanan dan kurang bergairah dalam belajar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun