Mohon tunggu...
taufiqelhida
taufiqelhida Mohon Tunggu... Penulis - orang gila

Penulis Penggambar Pemula

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Pemuda Peletok

28 Oktober 2017   09:34 Diperbarui: 28 Oktober 2017   09:53 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Pemuda harus jadi yang paling di depan dalam hal kebaikan. Jangan sampai, ketika adzan dikumandangkan yang datang untuk berjamaah hanya kakek-kakek saja. Sepuh semua. Yang muda kemana? Subuh kesiangan, dzuhur kecapean, ashar kelewatan, maghrib kemalaman dan isya ketiduran. Pemuda harusnya yang paling di depan. Adzan, pemuda. Ikomat, pemuda. Imam, pemuda. Ini mah malah sebaliknya. Adzan, kakek-kakek. Ikomat, kakek-kakek. Imam, kakek-kakek. Bahkan yang makmumnya juga kakek-kakek. Iya lah, yang imam sama yang makmum orangnya itu-itu juga!" Pak Lurah Desa Sukasenang Kecamatan Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya mengawali sambutan dalam rangka memperingati hari sumpah pemuda yang dilaksanakan di kantor Desa. Disambut tawa dari para pemuda dan orangtua yang hadir kala itu.

"Memangnya Pak Lurah sering berjamaah gitu?" Celetuk Eman seorang pemuda pengangguran.

"Hahaha." Lasun yang pemuda seorang tukang ojek tertawa dengan enaknya.

"Pemuda, saya pikir bukan hanya yang masih bujangan saja. Tapi juga yang sudah berumah tangga termasuk di dalamnya. Pemuda bisa diartikan seorang manusia yang mempunyai jiwa yang selalu muda. Muda semangatnya dalam berbuat baik, muda harapannya untuk selalu melakukan inovasi yang bermanfaat bagi sesamanya minimal, maksimal dapat bermanfaat bagi nusa, bangsa, negara dan agamanya." Pak Lurah meneruskan pidato sambutannya.

"Intinya adalah, pemuda harus jadi trenseter dalam kebaikan." Seraya mengakhiri pidatonya, Pak lurah menyimpulkan.

Dan setelah acara sambutan dan ceramah dari beberapa ajengan (ustadz) setempat, acara dilanjutkan dengan acara hiburan organ tunggal.

"Maneh mawa peletok teu? (Kamu bawa bir peletok* gak?)" Tanya si Jumli yang tukang mabok ke temannya yang pemabuk dan penikmat dangdut.

"Bawa, tapi geus beak ku barudak (bawa tapi sudah habis sama anak-anak). Memangnya tadi kamu kemana?" Tanya Asep yang seorang buruh di kota.

Tapi Jumli tak menjawab. Dia langsung lari ke arah panggung dangdutan yang di depannya sudah bergumul para pemuda sedang berjoget.

Elhida, 281017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun