Mohon tunggu...
taufiqelhida
taufiqelhida Mohon Tunggu... Penulis - orang gila

Penulis Penggambar Pemula

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tukang Salat

27 Oktober 2017   15:52 Diperbarui: 27 Oktober 2017   16:32 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Manusia diciptakan untuk beribadah. Itulah hakikat. Tidak bisa diganggu gugat. Tidak dapat dirubah kodrat.

"Ngapain kamu shalat terus. Shalat tidak akan merubah takdir. Karena takdir tidak dapat diganti." Temanku berkata dengan nada yang datar. Tanpa beban. Namanya Hendar. Usianya 41 tahun. Pernah menikah tapi bercerai. Tidak punya anak. Dan jauh dari keluarga. Sekarang tinggal sendiri di sebuah rumah kontrakan di daerah Singaparna. Pekerjaannya menjadi buruh bangunan. Berhenti shalat setelah bercerai dari isterinya 10 tahun lalu.

"Dulu, aku juga sering shalat. Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Subuh tidak pernah lewat. Tahajud juga sering. Puasa sunat dan wajib juga dilakukan. Tapi apa yang terjadi? Aku masih miskin. Bahkan rumahtangga juga hancur. Buat apa shalat kalau tidak merubah keadaan sama sekali. Kalau shalat dan tidak shalat tidak ada bedanya, maka aku memilih tidak shalat saja." Katanya sembari menghisap rokok yang sudah hampir habis.

Aku adalah teman barunya di pekerjaan yang sedang aku jalani sekarang. Aku juga tukang bangunan, sama seperti dia. Ketika itu kami berbicara setelah aku melakukan shalat Dzuhur. Dan kami sedang beristirahat sejenak dari pekerjaan. Ada yang shalat dan banyak juga yang tidak. Iya, banyak.

Aku tidak terlalu serius menanggapinya. Karena aku pikir, orang ini mungkin sedang khilaf. Dan tidak boleh langsung disalahkan.

"Benar, shalat memang tidak bisa merubah keadaan. Tidak bisa merubah takdir. Karena takdir itu sudah dicatat bahkan jauh sebelum kita dilahirkan." Jawabku tenang.

"Lalu, kenapa kamu masih shalat?"

"Aku shalat bukanlah karena untuk supaya aku bisa memiliki harta yang banyak, dan mendapatkan keadaan yang lebih baik. Tidak. Asal kamu tahu, shalat lebih berharga dari sekedar harta. Karena jika kamu tahu pahala dari karena kita melakukan shalat, maka dunia ini tidak akan sanggup menanmpungnya." Aku mencoba menjelaskan.

"Shalat adalah kewajiban. Wajib berarti, diberi pahala jika dilakukan, dan menjadi dosa jika ditinggalkan. Allah yang mewajibkan, kita pun wajib mendirikannya. Dan melakukannya jelas hanya karena Dia memerintahkannya. Bukan sebagai alat untuk mendapatkan rejeki yang banyak. Kalau ingin banyak harta ya usaha. Karena hasil dari apa yang kita dapatkan akan sesuai dengan sebesar apa usaha yang telah kita kerjakan." Kali ini, aku lihat dia mendengarkan. Di teras masjid itu hanya ada kami berdua. Yang lain sedang makan di warung. Angin yang berhembus menerpa wajah terasa menyejukkan. Angin masjid memang selalu berbeda rasanya.

"Kamu tahu, kenapa shalat begitu penting?" Aku tanya dia yang terlihat sedang merenung.

"Kenapa memangnya?" jawabnya dengan tanpa melihatku. Direbahkannya tubuhnya di teras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun