Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hingga Detik Ini

20 September 2021   05:07 Diperbarui: 20 September 2021   07:24 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga detik ini, ruang kepalaku masih saja berkubang di lumpur kenangan. Hingga melumuri seluruh helai urat nadi. Masih terbayang di ruang mata ini, saat kau berucap pelan. "Mengapa aku yang selalu kau cari?" Wajahku tertunduk hening.

Hingga detik ini, hatiku tak mampu mengeringkan bekas sayatan belati kenangan itu. Meskipun suatu saat kau akan berkata "Aku masih di sini menunggumu". Namun aku tetap saja belum bisa mengurai benang- benang kesedihan yang tlah lama menggumul hatimu.

Hingga detik ini, butiran- butiran asa yang tumbuh di hatiku masih saja berkecambah. Namun, sesungguhnya aku sangat takut. Bayang-bayang keraguan pun tak segan datang menjelma. Akan kah kau masih menyimpan tumpukkan senyum untukku? Entahlah. Aku hanya bisa menawarkan segenggam rindu yang siap dihamburkan ke dalam hangatnya canda tawa.

Hingga detik ini, di ruang kepalaku terus bergema bait-bait kesunyian. Akankah pula mata ini ikut terpejam, terpanggang hawa panas penyesalan? Yang jelas hingga kini di detik ini, aku masih menanti tetesan-tetesan nasehatmu sebagai penyejuk kalbu.

(Sungai Limas, 20 September 2021)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun