Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sirna

24 April 2021   00:29 Diperbarui: 24 April 2021   01:07 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : pixabay.com

Nama itu pernah terukir indah di hati
Tumbuh subur menghias hari-hari
Walau detik terus meluruh dimangsa waktu
Namun setia mengisi meski detak jantung memilu


Dulu, kita pernah bersama menghitung bintang
Melewati pagar-pagar malam kian meninggi
Kita bermandikan cahaya rembulan
Bersama mengeja malam hingga kantuk tak tertahan

Bersama mengusir derai tangis
Kita melukis asa pada dinding-dinding malam
Merangkai bait-bait kerinduan
Mengemis belas kasih sang pencipta alam

Bersama membasuh kenangan berdaki
Hingga tenggelam di kolam penyesalan
Ketenangan pun pelan menjalari tiap aliran nadi
Hingga tumbuh benih-benih rindu Tuhan kian berkecambah

Roda waktu terus berputar menggilas hari
Menyisakan tumpukan abu kalender
Hanya sunyi kini merayapi sanubari
Sedangkan desir angin terus berbisik lirih
Sabar dan biarkan kenangan itu sirna
Biarkan tenang dimakamkan dengan keikhlasan

(Sungai Limas, 24 April 2021)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun