Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Diam

3 September 2020   01:34 Diperbarui: 3 September 2020   01:20 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tatapan bola matamu mengisyaratkan ada kebekuan rasa di antara degup jantung

Kedipan mata digelayuti butiran bening
Basah namun tiada tertumpah
Biarlah, sisakan waktu untuk diam

Meski jemari sudah tiada lincah
Bibir kelu tak ada untaian kata mutiara
Hidung hanya mampu mencium aroma getir kabar berhembus
Keheningan ini tak jua pecah oleh desah lirih kerinduan

Ilalang sibuk bergoyang bercengkrama bersama angin
Arakan awan setia menghias atap langit
Namun ingatkah engkau pada semua itu?
Hidupmu amatlah berarti

Diam, diamlah engkau...
Patutkan diri pada cermin masa lalu
Biarkan diam mengurai berjuta khilaf
Perbanyak diam
Diam akan membawamu pada mimpi baru
Sulit? Biar saja

Diam membawamu mampu mensyukuri
Berjuta nikmat Tuhanmu
Takkan bisa dihitung
Hidup hanya sekali
Perbanyak kebaikan di sisa hidup
Niscaya bahagia kan datang memelukmu

(Sungai Limas, 3 September 2020)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun