Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tumpukan Cucian

24 Desember 2019   10:45 Diperbarui: 24 Desember 2019   11:04 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Niflheim - WordPress.com Begini nih Cara Bereskan Tumpukan Baju yang Berserakan di Rumah ...

Mungkinkah,
hidup kita berjalan seperti tumpukan cucian?
Keringat yang menempel hasil perjuangan,
memeras keringat membanting tulang untuk keluarga,
asap knalpot kendaraan dan cerobong pabrik pekat hitam,
membereskan rumah mengatur kelengkapan keperluan,
bau amis ikan mentah hingga gosongnya masakan.

Dibiarkan menumpuk di sudut kamar mandi,
atau berjejal di mesin cuci,
seminggu sekali baru dicuci,
atau setahun sekali, manakala lebaran tiba.

Ditergen paling ampuh membunuh dicari,
walau mahal tetap dibeli,
disetrika dengan aroma bunga,
licin dan rapi,
masuk lemari,
esok atau lusa dipakai lagi,
tak terasa sudah tua,
kumal dan robek di sana sini,
kadang jadi serbet lantai kotor,
kendaraan kotor,
jendela kotor,
setelahnya dibuang.

Mungkinkah kita semalang pakaian?
Disayang ketika baru dan diperhatikan,
dielus-elus kemudian dipamerkan,
mungkin hanya jadi penutup kemaluan,
menghiasi kesopanan.

Jika hidup hanya sebatas cucian,
kemudian panti jompo sesak penghuninya,
terbuang dalam kesendirian,
rasa terima kasih hilang,

Sungguh alangkah malangnya,
suatu saat akan menimpa.

(Sungai Limas, 24 Desember 2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun