Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Risau

13 Mei 2019   19:01 Diperbarui: 13 Mei 2019   19:03 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak pernah ia meminta untuk pergi
Kadang selalu mendekati
Pertanda apa ini?
Bubur masakanmu belum sempat hancur
Bawang goreng tersaji tak pernah matang
Cabe juga hanya dalam kupasan sekali belah
Ada jintan belum hancur bercampur garam yang tak putih lagi
Tak bisa dimasak, begitu kata terakhirmu sebelum pergi

Dulu, baju baru selalu tersimpan rapi dalam lemari
Kini berserak di lantai
Koper berdebu mulai ia buka lagi
Resleting lepas segera ia benahi, terlihat air matanya jatuh satu-satu
Bocah mungil duduk memperhatikan sambil mempermainkan beberapa kancing baju yang terlepas
Bergumam hanya terdengar ditelinganya
Hanya ia yang paham namanya

Aku tak tau caranya membujukmu
Lupa kapan terakhir senyum manis keluar dari bibir indahnya
Salahku memang berlimpah
Tak kuasa kusebut satu persatu
Padahal, setiap hari ia berusaha menerimaku apa adanya
Ternyata kesabaran memang ada batasnya
Toleransi terlalu banyak pengorbanannya

Baiklah, mulai sekarang silakan pilih jalan pulangmu sesuai apa maumu
Jika itu yang terbaik
Aku hanya akan ikut mendoakan

Risau tetap tak mau pergi
Ia sudah aku simpan rapi
Sudah aku puji
Juga beberapa kali aku musuhi

(Sungai Limas, 13 Mei 2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun