Mohon tunggu...
Ekri Pranata Ferdinand Baifeto
Ekri Pranata Ferdinand Baifeto Mohon Tunggu... Human Resources - Timor Tengah Selatan

Alumnus STKIP SoE angkatan 2014 jurusan Pendidikan Fisika dan saat ini sedang menempuh studi pascasarjana di Universitas Pendidikan Indonesia sejak tahun 2020. Menyukai banyak hal; sains, musik, sepak bola, seni, dan lain-lain.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Memaknai Peristiwa Bencana Alam dari Perspektif Filsafat Sains

15 April 2021   05:20 Diperbarui: 15 April 2021   05:27 2164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alam dan manusia/spmipk.net

Siklon tropis Seroja baru saja memorak-porandakan wilayah provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Badai dengan kekuatan besar itu menimbulkan banyak korban, baik korban jiwa maupun korban material. Pasca badai ini, hampir seluruh wilayah NTT masih lumpuh. Berbagai bantuan dan upaya perbaikan terus dilakukan di daerah-daerah yang terkena dampak badai ini.

Selain siklon Seroja yang menerjang wilayah NTT, terdapat banyak bencana alam lainnya yang terjadi di Indonesia.  Di awal tahun ini terjadi longsor besar di daerah Sumedang, Jawa Barat yang menelan puluhan korban jiwa. Bencana alam lain berupa gempa bumi juga terjadi di wilayah provinsi Sulawesi Barat. Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 10 April 2021, terjadi pula gempa berkekuatan Magnitudo 6,1 di Malang, Jawa Timur. Dilansir dari kabar Detik6.com, gempa bumi yang berpusat di laut dengan kedalaman 80 kilometer ini turut mengguncang 16 kabupaten dan kota di Jawa Timur. Gempa ini bahkan terasa di Daerah Istimewa Yogyakarta. Getaran gempa tektonik itu dirasakan pula di Pulau Bali hingga Nusa Tenggara Barat (NTB).

Sebagai manusia, kita dapat belajar dan mengambil banyak hikmah dibalik setiap peristiwa bencana alam yang terjadi.  Semesta yang kita diami ini bersifat dinamis dan terus berubah sepanjang waktu. Dikutip dari Wikipedia.org, berdasarkan perhitungan para ilmuwan, saat ini usia alam semesta kita sekitar 13,75 milyar tahun lebih sejak terbentuk (berdasarkan Teori Big Bang). Sedangkan bumi yang kita tinggali ini telah berusia sekitar 4,6 milyar tahun. Selama perjalanan usia yang panjang tersebut alam semesta terus mengalami perubahan (berevolusi).

Seperti halnya alam semesta, kondisi bumi juga mengalami perubahan. Perubahan kondisi bumi dapat terjadi karena dua faktor, yaitu faktor alami dan faktor campur tangan manusia. Perubahan yang terjadi karena faktor alami merupakan kejadian di mana bumi (alam) mengalami perubahan akibat interaksi alami dari semua komponen zat, materi dan energi penyusun bumi. Perubahan ini tidak mendapat influence atau campur tangan dari manusia. Beberapa contoh perubahan alami yang terjadi yaitu gempa bumi, erupsi gunung berapi, badai tornado, dan tsunami. Fenomena-fenomena ini dipandang manusia sebagai bencana alam.

Yang kedua adalah perubahan kondisi bumi yang terjadi akibat campur tangan manusia. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan kondisi, kejadian, atau fenomena alam sebagai dampak dari ulah manusia. Keberadaan manusia serta aktivitas kehidupannya mengakibatkan perubahan lingkungan alam yang sangat drastis. Pola perilaku manusia membuat perubahan kondisi alam tidak lagi terjadi secara alami. Sebaliknya perubahan yang terjadi sebagai dampak dari adanya influence dan campur tangan manusia. Berapa contoh peristiwa alam yang terjadi akibat ulah manusia yaitu banjir, pemanasan global (global warming), hujan asam (acid rain), munculnya spesies berbahaya akibat hasil modifikasi, menipisnya lapisan ozon, dan lain sebagainya.

Sebagai makhluk paling cerdas, tindakan manusia terkadang melampaui batas dan bertentangan dengan hukum alam---walaupun ada tindakan manusia yang benar dan sejalan dengan hukum alam. Perspektif kausalitas yang digunakan oleh manusia seringkali bersifat subjektif dan individualis.  Selain itu, sifat superioritas yang dimiliki juga membuat manusia terkadang mengambil keputusan atau melakukan suatu tindakan yang hanya menguntungkan diri sendiri [dan spesiesnya] namun mengabaikan makhluk hidup lainnya termasuk mengabaikan keseimbangan alam. Seandainya alam dapat berbicara maka kita akan mendengar tangisan, keluhan, teriakan dan protes akibat tindakan manusia yang semena-mena terhadap alam.

Walaupun tidak bersuara, alam memiliki caranya sendiri dalam mengembalikan kondisi dan menyeimbangkan tatanannya. Jika manusia melihat bencana alam sebagai kejadian yang buruk dan merugikan, maka [bisa jadi] sebaliknya alam melihat hal itu sebagai bentuk pemulihan (recovery) dari kerusakan atau ketidakseimbangan yang terjadi. Jika dilihat dari kacamata filsafat sains, maka suatu kejadian atau bencana alam dipandang sebagai bentuk penyeimbangan kondisi suatu sistem. Keseimbangan (equilibrium) diperlukan agar sistem tersebut dapat berjalan normal sesuai kaidahnya. Dengan demikian maka eksistensi dari sistem tersebut akan terus belangsung dan tetap terjaga.

Dibalik suatu peristiwa buruk ada hikmah yang dapat kita ambil. Mengutip sebuah quotes yang ditulis oleh Arief Subagja, "Lihatlah sebuah objek dari sudut pandang yang berbeda, maka kamu akan menemukan keajaiban di sana". Mungkin kalimat ini tepat dalam memaknai peristiwa bencana alam yang kita alami. Terkadang [bahkan cenderung sering] kita melihat bencana alam sebagai sesuatu yang buruk lalu pada akhirnya kita pun menyalahkan alam [dan Tuhan]. Namun, kita tidak menyadari bahwa justru peristiwa yang terjadi itu merupakan sebuah kebaikan bagi kita. Kita lupa bersyukur. Di balik tindakan kita merusak alam, justru sebaliknya alam berusaha memperbaiki dan menstabilkan kembali kondisi yang rusak tersebut.

Kita perlu mengevaluasi tindakan kita terhadap alam. Kejadian anomali alam dan peristiwa bencana bukan saja dilihat sebagai hal buruk dan merugikan, namun menjadi alarm bagi kita bahwa alam sedang tidak stabil. Ada bencana alam yang tidak mampu kendalikan. Namun ada bencana alam yang terjadi sebagai akibat dari ulah kita dan mampu kita cegah. Oleh karena itu, sebagai manusia yang berakal, kita perlu menjaga alam dengan baik. Memanfaatkan sumber daya alam bukan berarti mengeksploitasi alam hingga rusak. Jika kita menjaga alam dengan baik maka niscaya hubungan simbiosis mutualisme antara alam dan manusia akan terjadi.

"Jangan hanya menikmati keindahan alam, kita harus menjaga dan merawatnya."_NN

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun