Mohon tunggu...
Ekri Pranata Ferdinand Baifeto
Ekri Pranata Ferdinand Baifeto Mohon Tunggu... Human Resources - Timor Tengah Selatan

Alumnus STKIP SoE angkatan 2014 jurusan Pendidikan Fisika dan saat ini sedang menempuh studi pascasarjana di Universitas Pendidikan Indonesia sejak tahun 2020. Menyukai banyak hal; sains, musik, sepak bola, seni, dan lain-lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Hikmah dari Sebuah Pengorbanan

24 April 2019   14:00 Diperbarui: 24 April 2019   14:16 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penyelenggaraan Pilpres dan Pileg 2019 sehari yang dilakukan pada Rabu, 17 April lalu berlangsung dengan sukses. Keberhasilan penyelenggaraan Pemilu ini juga tidak terlepas dari peran dan partisipasi banyak pihak yang turut mendukung proses perhelatan ini. Semua lembaga maupun aparat bekerja keras dan berusaha semaksimal mungkin demi suksesnya kegiatan ini.

Di tengah euforia karena keberhasilan penyelenggaraan pemilu ini, banyak orang juga beduka karena perhelatan lima tahunan ini. Selama penyelenggaraan hingga usai pemilu, banyak korban sakit bahkan meninggal akibat kelelahan bekerja keras. Tercatatat sebagian besar korban yang meniggal berasal dari Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), petugas keamanan seperti Polisi, TNI, dan Linmas.

Ada pepatah mengatakan, "Tidak ada sebuah kesuksesan tanpa pengorbanan dan tidak ada kesuksesan tanpa kesulitan". Quotes ini tampaknya tepat dengan kondisi bangsa pasca pemilu saat ini. Demi kelancaran dan suksesnya perhelatan Pemilu, para korban rela bekerja keras sehingga tidak mempedulikan kodisi maupun kesehatan tubuhnya. Sebagian besar korban yang sakit maupun meninggal akibat kelelahan karena kurang istirahat.

Demi apa mereka bekerja? Untuk apa semua pengorbanan ini? Dan atas dasar apa? Bagi sebagian orang ini adalah hal yang sepele dan lumrah. Ada juga yang memandangnya sebagai takdir. Tetapi dibalik semua itu, ada nilai-nilai yang perlu kita pelajari dari pengorbanan mereka. Pengorbanan mereka patut kita hargai setinggi-tingginya.

Mereka berkorban bagi bangsa dan negara tercinta ini karena itu mereka layak kita sebut sebagai pahlawan. Mengapa mereka pantas disebut sebagai pahlawan? Apakah mereka berjuang seperti di zaman kemerdekaan? Tentu saja tidak seperti itu. Walaupun mereka tidak seperti para pendahulu kita yang berjuang di medan perang, mereka tetap disebut pahlawan. Jika para pejuang kemerdekaan berjuang demi membebaskan kita dari penjajahan kolonialisme, para petugas pemilu juga berjuang demi keberlangsungan bangsa dan negara. Mereka berjuang demi agar kita memiliki pemimpin yang dapat memimpin dan mengatur bangsa dan negara ini.

Jika kita bertanya apakah uang menjadi motivasi terbesar mereka dalam menjalankan tugas ini? Tentu akan ada banyak opini. Tetapi mari kita telusuri berapa besar honor para petugas pemilu. Besar biaya honor para petugas KPPS adalah Rp 550 ribu untuk ketua dan Rp 500 ribu untuk anggota (Berdasarkan Surat Menteri Kuangan (Menkeu) Nomor S-118/MK.02/2016 tentang Penetapan Standar Biaya Honorarium Tahapan Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD, Presiden dan Wakil Presiden, serta Tahapan Pemilihan Gubernur/Bupati/Wali Kota serentak). Apakah uang beberapa ratus ribu ini sebanding dengan pengorbanan mereka? Karena itu mari kita menarik kesimpulan berdasarkan perspektif kita masing-masing.

Mengorbankan waktu dan tenaga demi kepentingan bangsa dan negara. Mungkin orang akan bertanya, berapa besar waktu dan tenaga yang mereka berikan demi pekerjaan ini? Memang tidak seberapa jika kita membandingkannya dengan pekerjaan yang lain seperti pekerja kantoran, buruh, petani,dan lainnya yang bekerja setiap hari dalam jangka waktu yang cukup panjang. 

Tetapi justru di waktu yang singkat ini mereka bekerja keras hingga kekurangan waktu untuk istirahat. Mulai dari tahap persiapan, pendistribusian logistik di tengah medan yang berat, pelaksanaan pemungutan suara, hingga tahap penghitungan suara sangat menguras tenaga. Banyak petugas yang tidak beristirahat selama 24 jam bahkan lebih. Tentu saja ini sangat berpengaruh bagi kesehatan dan kondisi tubuh para petugas. Hal ini belum ditambah faktor seperti riwayat penyakit dan lainnya. Tidak mengherankan jika mereka menjadi korban pasca perhelatan akbar ini.

regional.kompas.com
regional.kompas.com
Di atas semuanya, bukan uang, bukan kehormatan, bukan juga sebuah paksaan tetapi ketulusan dan keikhlasan-lah yang menjadi dasar pelayanan mereka. Tidak melihat seberapa besar pekerjaan yang dilakukan. Semua ini demi kepentingan bangsa dan negara tercinta ini; demi Ibu Pertiwi yang adil, maju dan sejahtera. Bagi mereka yang sudah meninggalkan nama demi bangsa ini, kita turut berbelasungkawa atas kepergian mereka. Mereka sudah berjasa bagi negara ini. Mereka 'mungkin' tidak akan diingat namanya, tetapi pengorbanannya bagi negara ini akan terus dikenang.

Sebagai generasi yang masih ada, mari kita belajar mencintai bangsa dan negara ini. Mari kita juga memberikan potensi, karya dan prestasi yang terbaik sebagai sumbangsih dalam membangun bangsa dan negara kita Republik Indonesia.

Perjuangan Bangsa Indonesia bukan hanya di masa lalu. Hari ini, esok, selamanya, perjuangan kita belum selesai. Mari kita perjuangkan bersama Indonesia adil dan sejahtera.-Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun