Mohon tunggu...
eka purwanto
eka purwanto Mohon Tunggu... wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Negeri Ini Sudah Salah Urus

10 Januari 2019   23:37 Diperbarui: 10 Januari 2019   23:59 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia adalah negeri agraris dan maritim. Tanahnya subur. Lautnya luas. Tapi kenapa pembangunan tidak melihat jati diri negeri ? Pembangunan pabrik mobil, kapal  dan pesawat terbang, sesungguhnya adalah cara yang salah atau setidak-tidaknya belum saatnya dilakukan. Mari kita bandingkan dengan Arab Saudi. Negara yang uangnya berlimpah dan punya kemampuan, tidak pernah berpikir membangun pabrik pesawat terbang juga pabrik mobil. Mereka sadar bahwa jati diri negerinya adalah minyak. Dan sektor itulah yang mereka genjot terus. Tanpa membangun pabrik pesawat terbang, atau pabrik mobil, Saudi Arabia mampu melengkapi armada penerbangannya dengan pesawat canggih dengan tekonologi modern. Demikian juga dengan mobil, di sana berjubel mobil-mobil mewah. Orang Indonesia mungkin jarang yang mampu memilikinya.

Ketika Belanda menjajah negeri ini, kolonialis  itu tak mau hengkang. Kenapa ? Mereka mengincar rempah-rempah dan hasil pertanian lainnya. Di samping membawa dan menjual rempah dari negeri jajahan, Belanda lebih senang membangun bidang pertanian. Pada masa itu, Hindia Belanda sukses dengan pengembangan perkebunan seperti teh, karet, kelapa sawit, coklat dan lain-lain. Komoditas pertanian itu, sempat mendunia dan Hindia Belanda (Indonesia) menjadi ekspotir terbesar di dunia dalam hal produksi pertanian. Dan itu lebih dari cukup untuk membangun Negara "kincir angin", termasuk membangun benteng untuk melindungi negerinya dari limpahan air laut. Hasil pembangunan pertanian sisa jaman colonial itu hingga kini sebagian masih ada. Di Bandung ada perkebunan teh Malabar, di Rancabali, di Ciater dan di lain tempat lagi.

Sudah selayaknya pembangunan dimulai dari sektor pertanian dan maritim. Petani dan nelayan yang merupakan komunitas  terbesar, digerakkan untuk membangun sektor pertanian dan perikanan. Pembangunan itu dilakukan dengan cara  penerapan teknologi maju. Mulai dari penyiapan dan pengolahan tanah yang tepat guna, penggunaan bibit dan pupuk unggul, pemeliharaan tanaman yang baik dan berkala, pengolahan panen dan market conection yang terarah dan berkesinambungan. Dalam hal pembangunan sektor perikanan, titik tekan berada pada sektor perikanan laut. Sebagai Negara yang luas lautnya 2/3 dari luas wilayah, potensi kelautan itu sungguh sangat besar. Tetapi di tengah-tengah luasnya dan kekayaan alam laut itu, hidup nelayan senasib dengan petani. Sama-sama "melarat".

Membangun sektor kelautan selayaknya dilakukan secara komprehensif. Mulai dari memberikan pendidikan dan pelatihan kepada nelayan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan kelautan dan sumber alam yang dimilikinya. Selain ikan, konon ada 23 jenis  biota laut yang dapat diolah dan dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan nelayan dan warga tepi laut. Selain keterampilan, nelayan juga harus  didukung dengan infrastruktur dalam bentuk pembangunan pelabuhan  khusus untuk kapal nelayan, dan pengadaan kapal-kapal penangkap ikan yang dilengkapi dengan teknologi modern. Dengan perangkat canggih itu, para nelayan diharapkan  mampu mengejar ikan di laut lepas.  Selama ini ikan yang merupakan khasanah laut kita  justru dicuri orang-orang dari negeri asing. Konon kerugian Negara karena pencurian ikan itu mencapai Rp. 33 trilyun/tahun.

Saya percaya jika petani dan nelayan sudah sejahtera, maka produk manufaktur akan terserap. Sebab daya beli masyarakat petani dan nelayan menjadi tinggi. Jika produk manufaktur terserap, pabrik akan berkembang dan pendapatan buruh meningkat. Lalu pajak pun akan lancar masuk kas negara. Jika pajak masuk, maka APBN akan longgar. Selanjutnya, subsidi untuk orang miskin bisa dialihkan untuk bantuan yang lain. Ujung-ujungnya, bangsa ini akan hidup tentram dan sejahtera. Aamiin.- ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun