Mohon tunggu...
Eko Nurwahyudin
Eko Nurwahyudin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar hidup

Lahir di Negeri Cincin Api. Seorang kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon Ashram Bangsa dan Alumni Program Studi Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Motto : Terus Mlaku Tansah Lelaku.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Ramadan Masa Kecil: Dari Takut Masuk Neraka Sampai Takut Masuk Surga

19 April 2021   23:09 Diperbarui: 19 April 2021   23:53 918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 "Apakah di surga ada Karmidi? Saya saja tidak bisa membayangkan kalau desa saya kehilangan Karmidi, orang tua paling lugu di desa saya. Saya suka keluguannya. Saya hormat padanya. Beliau unik. Kalau solat kadang mendahului imam. Tapi kalau jumatan tidak pernah absen. Kalau bersepeda tak pernah lupa pakai helm meskipun jauh dekat. Kalau ditanya siapa raja Singosari dia akan jawab Pakde Kirun. Pernah kecelakaan di tabrak orang di tengah jalan, dipinggirkan saja dia bilang terimakasih. Tanpa marah, tanpa menuntut meskipun yang menabraknya ninggal pergi. Bayangkan kalau di surga saya tidak ketemu beliau?"

"Lalu, di surga ada banyak orang dari seluruh dunia. Dari sejak jaman nabi Adam sampai manusia-manusia terakhir yang meninggal pas di hari kiamat. Tentu mereka yang terpilih masuk surga. Lha kalau saya masuk surga saya bingung nyari emak bapak saya, nyari teman-teman saya. Toh saya cuma bisa bahasa Jawa. Okelah kalau ketemu orang Indonesia yang dari Papua sekalipun saya masih ada temannya di surga. Kita bisa ngobrol. Saya tidak kesepian. Lha kalau ndilalah di surga saya dikasih tempat sama umatnya nabi Ibrahim, atau umatnya Nabi Muhammad tapi orang Inggris? Matek aku! ingah-ingih. Kalau ditanya What is your name? saya masih bisa jawab. Tapi kalau ditanya, How can it be, you can stay here with me? Please tell me about your experience in your life? Matek aku! Meskipun sudah mati. Matek! Cuma bisa ndlongop."

Walhasil, sebenarnya saya tidak begitu ingat bagaimana kenangan menarik Ramadan masa silam. Dan saya pikir orang-orang tidak tertarik mendengar saya bernostalgia seperti mereka tidak tertarik berpikir dan menjawab pertanyaan besar saya, "Lantas kalau saya takut masuk neraka dan saya takut masuk surga bagaimana? Saya juga takut ketemu Abu Nawas. Takut enggak bisa ngajak kenalan Abu Nawas dan mengajaknya nembang Gambuh."

Eko Nurwahyudin, alumni Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga.

Catatan :

1. Ingah-ingih artinya mati gaya, tidak bisa bertindak, tidak tahu mau berbuat apa.

2. Langgar artinya surau atau mushola

3. Ndelongop artinya menganga karena sesuatu hal.

4. Gambuh merupakan tembang macapat yang menerangkan beberapa nasehat kehidupan seperti manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri sehingga harus berbuat baik, bener dan pener atau bijaksana, adil terhadap sesamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun