Mohon tunggu...
Eko Nurwahyudin
Eko Nurwahyudin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar hidup

Lahir di Negeri Cincin Api. Seorang kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon Ashram Bangsa dan Alumni Program Studi Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Motto : Terus Mlaku Tansah Lelaku.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Mati Ketawa Cara Organisasi Ekstra

2 Juli 2020   15:07 Diperbarui: 2 Juli 2020   15:50 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Eko Nurwahyudin

Minke yang sudah punya Syarikat Priyayi tidak berlaku adil dalam sejak dalam pikiran apalagi perbuatan dalam segala hal? Dia secara tidak sadar lebih simpatik kepada kerja promosi warung makan pinggiran kota daripada promosi Syarikat Priyayi-nya. Tapi begitulah baiknya, karena Minke memang sedang berlaku sebagai jurnalis Medan Prijaji yang dengan pintar, berpihak dan dengan bijaknya memotret kerumitan hidup wong cilik. Begitu pula mahasiswa tua, para senior dan kader organisasi ekstra melihat dan menyadari kalau yang dibutuhkan anak pelosok kampung yang ingin dan akan kuliah mati-matian[1] pertama-tama bukanlah rekomendasi organisasi ekstra yang menawarkan pendidikan murah alias gratis.

Para Minke Kontemporer itu justru merekomendasi tempat makan yang murah. Bukankah pendidikan yang gratis tidak bisa mengobati rasa lapar? Jelas bisa! Hanya saja ini berkaitan dengan dampak pendidikan dan ilmu yang bermanfaat di kemudian hari. Artinya, selalu ada rentang waktu, atau paling tidak artinya "bisa tapi terlambat" untuk mengobati rasa lapar di hari itu juga.

Singkat cerita, tibalah hari dimana bendera organisasi dikibarkan. Di bukalah pendaftaran untuk bergabung menjadi kader. Saya ingat suatu momen yang berkesan di tempat pendaftaran salah satu organisasi tersebut. Saya diberi satu bulletin. Hanya diberi satu bulletin dengan seseorang yang naasnya saya lupa namanya. Saya terkesan saat itu juga. Kenapa saya terkesan? Karena keunikannya menyentuh jiwa kampungan saya.

Seperti halnya Mak Erot, si kader itu tidak banyak bicara, mungkin sedang sariawan. Ia cuma menyuguhkan barang dagangannya "peningkatan dan pengembangan intelektual" untuk mahasiswa baru. Tapi bagaimana ceritanya sesuatu yang abstrak "jasa" dijual dengan model hard selling seperti Mak Erot menjual nasi sayurnya? Tak lain dengan hasil nyata dari jasa itu. Ya, bulletin yang saya maksud ini yang merupakan karya atau hasil beberapa proses pengkaderan.

Selain keuinikan tersebut, bak menyelam sambil minum air, organisasi ekstra itu secara tidak langsung juga mengkombinasikannya dengan model image building. Dimana mereka menonjolkan watak pendidikan yaitu merawat akal sehat. Bukankah akal sehat bisa terawat dengan banyak membaca dan berdialektika? Bukankah salah satu hasil dari membaca dan sarana berdialektika dengan cara menciptakan karya tulis?

Dalam batin saya, memang organisasi ini organisasi yang bukan-bukan!

"Lalu kenapa organisasi yang enggak jelas yang bukan-bukan itu kamu pilih? Kenapa tidak memilih organisasi lain yang jelas?" kata salah satu pembaca tulisan ini.

"Ya, karena organisasi lain yang jelas memang bukan, makanya saya pilih yang bukan-bukan".

"Apa yang lain tidak menjual produk jasa peningkatan dan pengembangan intelktual dengan tidak lebih baik dari organisasi yang kamu pilih?"

"Wah mereka malah lebih getol pemasarannya, ada yang pake selles mahasiswi/mahasiswa yang pinter bersolek, ditambah nerbitin bulletin, malah ada juga yang membuka lapak bacaan. Tapi namanya orang dagang jasa, kalau kurang grapyak[2] ya jadi soal, beruntung tidaknya. Gampangnya seperti Sumber Kencono sama Mira cepat-cepatan ambil penumpang".

"Owalah. Eh lha tapi, ilmu kan berkembang? Masa ilmu ekonomi, pemasaran dan ilmu politik cuma kenal dua model jualan sih?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun