Mohon tunggu...
Partono
Partono Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Semen Indonesia, Standar Baru Link&Match Industri-Perguruan Tinggi

17 Mei 2017   05:22 Diperbarui: 17 Mei 2017   05:32 1431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ; infobanknews.com

Indonesia diprediksi akan memiliki bonus demografi pada tahun 2020-2030. Pada kurun waktu tersebut penduduk pada rentang usia kerja 15-64 tahun mencapai 70%, sedangkan yang 30% berada pada rentang usia dibawah 15 tahun dan diatas 65 tahun. Pada saat negara maju seperti Eropa, Jepang dan lainnya mengalami penurunan produktivitas karena rasio penduduk usia Non Produktif (manula) diatas usia produktif, maka Indonesia memiliki kesempatan emas untuk mampu mengambil alih peran produktivitas tersebut. Maka pada tahun 2020-2030 akan semakin banyak perusahaan asing yang berinvestasi di Indonesia, selain merupakan negara dengan pangsa pasar terbesar ke-4 didunia, maka dengan bonus demografi usia produktif, maka perusahaan dunia cukup memproduksi lalu menjual di Indonesia.

Pertanyaannya adalah apakah tenaga kerja Indonesia mampu memenuhi kualifikasi tenaga kerja terampil di era modern yang sarat dengan mesin dan teknologi tinggi?. Ataukah nanti bonus demografi yang ada, hanya mengisi pos pekerjaan kelas bawah (pekerjaan kasar) karena tidak terampilnya tenaga kerja di Indonesia.

Pendidikan Tinggi Terbatas

Menurut data dari Kemendiknas-Dikti, berdasarkan publikasi statistik sekolah se Indonesia, pada tahun 2015-2016 jumlah siswa SMA mencapai 25,348 juta. Dari jumlah tersebut, ssebagaimana disampaikan Dirjen Kelembagaan Iptek dan Dikti Dr. Patdono saat meresmikan AKSI Rembang,  bahwa lulusan SMA yang meneruskan ke jenjang pendidikan tinggi sangat sedikit pada kisaran 2 juta saja. Dari angka tersebut sekitar 250 ribu – 300 ribu melanjutkan di perguruan tinggi negeri dan sisanya di perguruan tinggi swasta. Berarti hanya 8% saja lulusan SMA/K yang berkesempatan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan tinggi. Ada 23,348 juta lulusan SMA/K yang tidak punya keahlian (skill) dan sangat rawan terlibas di era pasar bebas, terlebih telah berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sejak Januari 2016 yang lalu.

Pendidikan Vokasi, Jembatan Kebutuhan SDM Industri

Pendidikan Vokasi adalah Jalan keluar untuk meningkatkan kompetensi lulusan SMA/K yang tidak memiliki kesempatan sekolah di pendidikan tinggi. Sejak dibukanya pendidikan vokasi tahun 2013, tercatat baru 90 Akademi Komunitas yang berdiri. Dari jumlah tersebut hanya 50 yang aktif, karena salah satu syarat keberlangsungan Akademi Komunitas adalah memiliki mitra industri sebagai laboratorium untuk menempa dalam praktek keilmuan. Jika setiap Akademi Komunitas menampung 100 siswa, maka hanya 5.000 saja yang berkesempatan untuk mengikuti pendidikan di Akademi Komunitas. Sungguh jumlah yang “aman sangat sedikit sekali”, kurang dari 0,01% dari jumlah 23 juta lebih yang membutuhkan.

Penolakan Semen Rembang Dorong Akselerasi Pendidikan Vokasi ala Semen Indonesia

Terdapat GAP antara kualitas SDM lulusan SMA/SMK dengan kebutuhan industri yang siap kerja. Tentu saja teori dan praktek di SMK tidak akan mampu menyamai mesin dan peralatan industri lainnya. Maka pendidikan vokasi adalah salah satu jalan keluar. Pada tahun 2013 untuk pertama kalinya Semen Indonesia bersamaan dengan pendirian Sekolah Tinggi Manajemen Semen Indonesia (STiMSI) didirikan pula Akademi Komunitas Semen Indonesia (AKSI) sebagai pendidikan vokasi. Semen Indonesia Group yang memiliki 16 anak usaha dengan bidang usaha yang beragam mulai disribusi, transportasi laut-darat, man power, IT, konstruksi, engineering dan lainnya adalah laboratorium industri yang cukup lengkap. Meskipun tidak semua lulusan AKSI dapat bekerja di Semen Indonesia Group, namun level kompetensi AKSI akan sesuai dengan standar industri. Maka tidak hera, alumni AKSI banyak diminati oleh industri yang ada di Kota Gresik.

Bicara tentang Fakta Rembang, yaitu Fakta penolakan pabrik Semen Rembang oleh sebagian kecil masyarakat dan LSM telah mengangkat isu pendidikan dan peluang masyarakat lokal Rembang untuk bekerja di pabrik Semen Rembang. Tentu sebagai industri padat teknologi dan modal, jumlah karyawannya akan terbatas, untuk pabrik kapasitas 3 juta ton, maka karyawan inti hanya sekitar 300 orang. Berbeda dengan saat konstruksi pembangunan yang akan menyerap sekitar 5.000 orang saat puncak pembangunannya. Beroperasinya pabrik Semen Rembang akan menghidupkan ekonomi dan industri di Rembang, yakinlah akan banyak pabrik baru sekala menengah dan besar yang akan hadir di Rembang. Ini sama dengan di Gresik, pada tahu 1957 satu-satunya industri yaaa Semen Gresik. Namun saat ini sudah ada ratusan industri besar dan ribuan industri menengah di Gresik.

Mendirikan Akademi Komunitas Semen Indonesia (AKSI) Rembang selain menjawab kekhawatiran adanya “GAP” kebutuhan indusri Semen Rembag dengan pekerja lokal, dalam jangka panjang akan turut meningkatkan kualitas dan kompetensi lulusan SMA/SMK di Rembang untuk siap menyambut hadirnya berbagai industri di Rembang ataupun lebih memilih mencari pekerjaan di kota lainnya.

Karena ada kebutuhan juga di Semen Indonesia Group, setelah AKSI Rembang, didirikan pula AKSI Pidie. Akan dilanjutkan pula AKSI Kupang, yang akan mendukung pendirian pabrik baru kerjasama Semen Indonesia dengan Semen Kupang. Dalam konteks ini, masyarakat sangat berterima kasih atas demo-demo penolakan pabrik Semen Rembang, yang mendorong manajemen Semen Indonesia berpikir keras bagaimana cara semakin memperkokoh kehadiran Semen Rembang, yang salah satunya mendirikan AKSI Rembang. Selalu ada hal positif dari sebuah tragedi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun