Mohon tunggu...
Eko Mulyadi
Eko Mulyadi Mohon Tunggu... -

Jurnalis, sesekali menulis opini, pengajar. Tinggal di Medan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Problematika Ketersediaan Pangan dan Penyediaan Infrastruktur Pertanian

11 Oktober 2016   20:04 Diperbarui: 11 Oktober 2016   20:23 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : Harian88.com

PEMENUHAN kebutuhan pangan penduduk Indonesia hingga saat ini masih menjadi topik dan isu yang menarik untuk selalu diangkat ke permukaan. Ketersediaan pangan, termasuk kualitas maupun harga, masih menjadi masalah besar yang belum terpecahkan hingga sekarang.

Terutama soal harga. Di Kota Medan khsusnya, saat ini tengah dihadapi persoalan tingginya harga sejumlah komoditas pangan, utamanya cabai dan bawang merah. Harga cabai merah di pasar-pasar tradisional Kota Medan kini mencapai Rp 75.000 – Rp 80.000/kg. Sementara bawang merah Rp 30.000 – Rp 40.000/kg, tergantung kualitas.

Di situasi normal, harga cabai merah sekitar Rp 28.000, sementara bawang merah biasanya paling mahal Rp 30.000. Konon, mahalnya harga kedua komoditas utama yang sering ‘diburu’ para ibu rumah tangga untuk kebutuhan dapur tersebut, karena stok yang menipis akibat pasokan dari sentra pertanian di Sumatera Utara juga berkurang drastis.

Dilaporkan, di wilayah Kabupaten Karo yang menjadi sentra utama pertanian Sumatera Utara, sudah sekitar lima bulan tidak turun hujan. Demikian halnya Kabupaten Samosir, yang menjadi salah satu sentra pemasok bawang merah, juga tengah mengalami kemarau panjang.

Kalau kondisinya sudah begini, yang sangat diharapkan masyarakat adalah peran Bulog untuk melakukan stabilisasi harga. Bulog dengan wewenang yang dimiliki harus segera turun tangan untuk menggelontorkan stok bahan pangan yang ada di gudang mereka.

Dan harapan ini sepertinya sudah mulai diwujudkan. Sejak Senin (10/10/2016) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumatera Utara mulai menggelar operasi pasar (OP) di enam pasar tradisonal dan modern Kota Medan. Operasi pasar tersebut menjual beberapa komoditas penyumbang inflasi yaitu beras, gula pasir, minyak goreng, kentang, serta tentu saja cabai merah dan bawang merah.

Di OP tersebut, cabai merah  dijual dengan harga Rp 40.000/kg, sementara bawang merah  Rp 22.000/kg. Untuk komoditas lain, juga dijual dengan harga yang lebih murah dari harga pasar.

Sejenak, masyarakat yang bisa menjangkau OP tersebut agak lega. Tapi pertanyaannya, sampai kapan pemerintah bisa mengendalikan harga pasar tersebut, dan apakah ada jaminan harga tidak akan kembali melonjak?

Karena dari pengalaman, lonjakan harga bahan kebutuhan pokok ini selalu terulang. Penyebab utamanya, ketersediaan atau pasokan yang tidak mencukupi, selain rantai distribusi yang mengakibatkan harga di pasar jauh lebih tinggi dibandingkan harga awal dari petani.

Apa yang hendaknya dilakukan pemerintah untuk mengatasi persoalan ini?

Kalau persoalannya adalah pasokan, seperti disinggung di awal tadi, khusus Sumatera Utara pasokan jauh berkurang karena sentra-sentra pertanian tengah mengalami masa kemarau. Khusus untuk komoditas cabai dan bawang, walau bukan jenis tanaman yang sangat tergantung dengan jumlah air yang banyak, tapi tetap saja membutuhkan air untuk hidup dan berkembang.

Persoalannya, di sentra-sentra pertanian cabai atau bawang merah tadi sudah sama sekali tidak ada air. Sementara air dari irigasi yang diharapkan bisa menggantikan air hujan, juga tidak mengalir ke lahan petani.

Menurut informasi, kurang dari 50% irigasi di Sumut yang kondisinya bagus. Selebihnya rusak, dan tidak bisa mengalirkan air lagi.

Nah, kalau ini persoalannya, pemerintah harus berpikir dan bertindak segera untuk mengadakan atau memperbaiki infrastruktur penting pertanian tersebut. Kalau tidak, upaya pemenuhan kebutuhan pangan akan selalu terkendala kondisi cuaca – terlebih di waktu-waktu belakangan kita selalu dihadapkan dengan fenomena iklim yang tidak menentu.

Memang, pemerintah sudah mulai gencar melakukan upaya penyediaan infrastuktur pertanian termasuk irigasi. Tapi sepertinya masih lebih terfokus pada komoditas pangan yakni padi, jagung dan kedele (Pajale). Sementara komoditas pertanian lain termasuk cabai dan bawang merah masih kurang.

Ini jadi PR penting pemerintah melalui instansi-instansi terkait. Mudah-mudahan, perlahan PR tersebut bisa dikerjakan, asal tidak dilupakan.  #

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun