Mohon tunggu...
Eko Febrianto
Eko Febrianto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Tangkal Terorisme, Bela Negara Jadi Prioritas Utama

19 Mei 2018   06:43 Diperbarui: 19 Mei 2018   07:15 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Dalam beberapa hari terakhir serangkaian bom bertubi-tubi terjadi di sejumlah tempat di Indonesia. Dimulai dari bom yaang terjadi di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur pada Minggu pagi, menyisakan kesedihan dan trauma mendalam bagi korban dan keluarga mereka, yang sama sekali tak menduga pagi itu menjadi hari yang kelam bagi mereka. Akibat kejadian di tiga gereja ini sejumlah orang yang diduga pelaku bom bunuh diri tewas dan puluhan lainnya luka-luka dan harus dirawat intensif.

Selang tak beberapa lama atau tepat di malam harinya, bom kembali meledak di sebuah rusun kawasan Sidoarjo Jawa Timur dan menewaskan sejumlah penghuni yang diduga pemilik bahan peledak tersebut. Rangkaian ledakan di sejumlah tempat membuat sebagian besar warga di Jawa Timur khawatir ketika ingin beraktifitas keluar rumah mereka. Ditambah lagi hari berikutnya penyerangan terhadap markas kepolisian di Surabaya dan Riau terjadi dalam waktu yang tak lama.

Serangkaian aksi teror terhadap beberapa rumah ibadah dan markas kepolisian selama beberapa hari terakhir menjadi perhatian seluruh masyarakat Indonesia bahkan dunia. Bahkan dalam sebuah kesempatan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan paham terorisme dapat ditangkal dengan penanaman nilai-nilai cinta tanah air serta kebangsaaan melalui bela negara. Dengan cintanya terhadap tanah air dan bangsa maka tak ada satu pikiran pun yang terbersit untuk berbuat tidak baik bagi bangsa yang dicintai.

"Paham terorisme itu adanya di pola pikir, 'mindset'. Otak kita yang didoktrin. Maka untuk menangkal pola pikir yang salah itu, kita tanamkan pula pemikiran tentang kebanggaan, cinta tanah air, kebangsaan. Kalau sudah tumbuh rasa bangga, cinta tanah air, tidak akan mereka melakukan aksi teror," katanya menjawab di Jakarta, Jumat (18/5/2018).

Seperti yang diungkap Menteri Pertahanan bahwa paham radikal yang bersumber dari pola pikir atau mindset maka kita harus bekai pola pikir generasu muda bangsa dengan pola pikir yang baik dan lebih kepada mengutamakan kecintaan terhadap tanah air dan bangsa dan kerelaan berkorban demi bangsa dan negara tercinta Indonesia. Kalau tidak sejak dini dilakukan terhadap generasi  muda maka efek yang akan ditimbulkan sangat rawan khususnya bagi genrasi penerus cita-cita bangsa.

Bangga dan cinta tanah air yang ditumbuhkan sejak dini bagi generasi muda akan mengakar kuat di dalam hati sanubari mereka sehingga "cuci otak" yang dilakukan orang-orang yang tak bertanggung jawab dengan berbagi cara akan sulit diterima oleh generasi muda. Kuatnya pemahaman akan cinta tanah air dan rela berkorban inilah seharusnya menjadi bekal dan perhatian semua kalangan di tengah maraknya doktrinisasi yang muncul di tengah masyarakat.

Menhan Ryamizard mengakui tidak mudah menanamkan suatu nilai atau paham tertentu karena penanganan terorisme tidak dapat dilakukan melalui pendekatan represif semata, namun harus menyeluruh meliputi semua aspek pendekatan, antara lain dengan menanamkan nilai-nilai cinta tanah air melalui bela negara. Bela negara, lanjut dia, jika dipahami dengan baik dan serius mampu menangkap pemahaman-pemahaman radikal seperti terorisme dan komunisme. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun