Mohon tunggu...
Eko Fery Hendrayanto
Eko Fery Hendrayanto Mohon Tunggu... -

Saya seorang karyawan di Jenderal Soedirman Center.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bugiakso : Pemimpin Adalah Pelayan Bagi Rakyatnya

12 Februari 2012   02:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:46 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pemimpin ada karena rakyat membutuhkannya. Pemimpin ada untuk memenuhi harapan rakyatnya.

Pada masa itu, kemerdekaan sejati merupakan harapan rakyat di masa perang kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 19 Desember 1948 Angkatan Perang Belanda menyerang kota Yogyakarta dan lapangan terbang Maguwo. Hal itu merupakan pelanggaran gencatan senjata yang dilakukan oleh Belanda.

Tentu saja, pada masa itu rakyat menjadi kebingungan. Rakyat terpencar karena berusaha untuk melarikan diri. Situasi yang memanas tak hanya dirasakan oleh rakyat di daerah Yogyakarta. Para petinggi negara pun sudah berkumpul di Gedung Agung. Begitu pula Panglima Besar Jenderal Soedirman. Beliau baru saja menjalani operasi paru-parunya. Namun demikian, dalam kondisi yang lemah tersebut, beliau tetap datang dan menunggu amanat dari Presiden Soekarno.

Berbagai macam himbauan telah diberikan kepada Jenderal Soedirman untuk tidak memaksakan diri. Namun demikian, idealisme untuk menjaga rakyat Indonesia sangat besar. Beliau setia untuk menjaga sumpah yang pernah diucapkannya : Sanggup mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan negara Republik Indonesia yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 sampai titik darah penghabisan.

Kesetiaan adalah nilai yang diajarkan oleh Panglima Besar Soedirman bagi para pemimpin Bangsa Indonesia di masa kini. Demi kemerdekaan rakyat Indonesia, Panglima Besar Soedirman memilih untuk ikut berperang gerilya. Beliau rela meninggalkan keluarganya dan berkelana dari satu tempat ke tempat lain untuk memimpin perlawanan terhadap Bangsa Belanda.

Sang Panglima tidak pernah menyalahgunakan status kepemimpinan yang dimilikinya. Beliau tidak meminta sanjungan, pujian, dan kenikmatan dari status tersebut. Beliau justru menjauhi kesenangan itu demi tanggung jawab yang lebih besar. Sebagai pemimpin, beliau selalu berupaya untuk mengayomi para pengikutnya. Beliau tidak meminta untuk dilayani. Melalui kecerdasan dan kearifan yang dimilikinya, Panglima Besar Soedirman telah menjadi sosok pemimpin yang dicintai oleh rakyat.

Indonesia membutuhkan pemimpin yang tegas dan memiliki idealisme untuk memajukan bangsa, seperti sosok Jenderal Soedirman. Sosok itulah yang seharusnya menjadi panutan bagi para pemimpin di masa kini. Saat ini, penjajahan tidak lagi berlangsung dari segi fisik saja. Penjajahan sudah merambat kedalam mentalitas bangsa Indonesia. Tuntutan bagi pemimpin menjadi lebih kompleks. Pemimpin sejati harus mampu mencerdaskan rakyat di tengah kemajuan zaman. Pemimpin sejati mampu memberikan kemerdekaan sejati bagi rakyatnya. (Vita JSC Media)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun