Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

13 April

13 April 2022   23:27 Diperbarui: 13 April 2022   23:28 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen 13 April gambar diolah dari Facebook @desain inspirasi dan referensi modern 

Siang itu, kau kirim status ucapan ultah untuk dirimu sendiri. Tentang disemogakan. Dan Tersemogakan. Sebuah doa, atas hasil dari sebuah perjuangan yang dinantikan. Kita memang punya asa yang sedang dikerjakan. Dan hidup bukan simsalabim. Banyak duka mendera, dan insya Allah hasilnya nanti tak akan mengingkari usaha.

Ujian dan cobaan hidup memang terus bertiup. Bagai badai meluluh lantakan daun daun kering. Jujur kita lelah dengan hasil yang belum jua terwujud. Ini bukan niat untuk gagal. Hanya orang gila, yang suka kegagalan. Ini bukan halu sayangku.

Seperti cerita omong kosong. Bisa jadi kau anggap aku halusinasi. Perayu ulung yang menceritakan keidealan yang naif. Buktinya mana? Ngedabrus. Itu yang sering kita bahas bersama. Cinta memang perlu bukti, dan tidak ada cinta yang indah tanpa lelahnya perjuangan.

Aku selalu menekankan, tentang berjuang bersama. Aku bukan tontonan yang ditunggu dipuncak. Aku butuh motivasi. Butuh dukungan. Butuh semangat. Karena cerita kemarin, sudah membuat aku porak poranda.

Hubungan ini bukan bercanda. Perasaan ini bukan kata tetangga. Rumit menanggapi Cerita ghibah orang orang yang tak ingin kita bersama. Ini tentang aku dan dirimu. Untuk apa membahas kata orang, malah runyam. Ini dunia kita sendiri. Milik kita, bukan milik mereka.

Aku memang bukan Nobita. Yang punya Doraemon. Entah mengapa kita sama sama penyuka kartun itu. Dikamarmu tersimpan dua boneka Doraemon. Bagiku kucing Doraemon adalah inspirasi. Bukan untuk kekanakan, tapi dari sana kita belajar merdeka.

Kucing biru dari masa depan. Time travel dengan pintu kemana saja. Dari pertama muncul dilayar televisi swasta waktu itu. Tentang atasi semua masalah. Tentang solusi dari semua kendala. Menghibur sejak kita sama sama kecil, dan menginspirasi kita untuk berpikir merdeka. Saat ini. Saat kita tak lagi remaja.

Jiwa merdeka itu penting. Karena kita saatnya menentukan masa depan sendiri. Salahkah kita bertemu? Itu Skenario yang Kuasa. Kendala kendala ini adalah cara Tuhan menyatukan kita. Ego dan tafsir pribadi saatnya ditaruh. Yang kita butuhkan, sinergi. Berdua bersama.

Kita tak mampu menghadirkan ajaibnya Doraemon. Untuk meraih sesuatu, ada juang. Dan sendiri sendiri untuk apa. Apa bisa. Ibarat kita lidi. Satu lidi tak akan berarti. Kecuali menyatu dengan lidi lainnya.

Dan kita tak mungkin meraih dengan kantong ajaib. Itu hanya ada diranah kartun. Kita ada didunia nyata. Dan jangan tonton aku saja. Karena aku tak lucu. Aku bisa, pasti bisa, karena ada dirimu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun