Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Memilih Masa Depan: Honorer, Relawan atau Wirausaha

2 Februari 2022   22:40 Diperbarui: 2 Februari 2022   22:42 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika Wisuda Sarjana, apa yang harus kita lakukan? Apakah diam dirumah saja sambil menunggu keajaiban? Tentu tidak. Jika ortumu kaya raya dan warisanmu segunung, apakah kamu mampu mengelola dan menjamin harta keluargamu kedepan lebih melimpah dari kondisi sekarang? Bagaimana yang keluarganya tidak punya harta? Marah marah dan mengeluh? Atau protes dengan tidak melakukan apa apa, dan membual kesana kemari? Atau hanya rebahan saja. Jujur, sukses diraih dengan perjuangan, doa dan konsistensi. 

Setelah lulus sarjana, tentu diawali selebrasi wisuda. Setelah itu, tak ada selebrasi keciali butuh perjuangan dahsyat, lebih seru dari menghadapi dosen killer.

Artikel Seri Curhat Ngopi kali ini, mencoba membahas hal tersebut. Semoga menginspirasi. 

Cerita Honorer dan Relawan 

Di masa 20-30 tahun lalu, seseorang diangkat menjadi pegawai negeri itu berawal dari proses mengabdi dahulu. Mereka menjalani tugas mengabdi pada suatu instansi dan merelakan hidupnya bak relawan yang ikhlas digaji dibawah UMR demi mengejar status amtenar. Sebenarnya honorer itu bukan relawan. Honorer bertugas karena ada harapan untuk diangkat jadi pegawai negeri dan memperoleh kesejahteraan hidup layak saat diangkat PNS pada suatu saat nanti. Mereka ada yang direkrut instansi, ada yang datang atas kemauan pribadi dan rela digaji berapapun asal punya seragam,  ada pula yang rela nyogok pada oknum, dan berbagai trik asal bisa berseragam PNS, walau statusnya honorer.

Alhamdulillah saya pribadi jadi PNS dari jalur rekrutmen ujian umum dan dinyatakan lulus administrasi dan segala persyaratannya, tanpa proses jadi honorer. 

Di tahun 1994, saat pertama kali masuk berdinas, saya melihat fenomena honorer ini. Miris, sekaligus tak habis pikir. Mereka mengabdi untuk tujuan yang tidak pasti. Pertanyaannya, kenapa tidak berwirausaha? Padahal mereka ada yang sarjana? Seharusnya mereka bisa berinovasi. Namun bisa dimaklumi, status amtenar merupakan status elit bak priyayi dimasyarakat. Namun itu paradigma yang ada sejak masa kolonial. Kebanggaan berseragam PNS merupakan harga mati. 

Salah satu cara jadi PNS di masa itu, selain jadi honorer adalah menjadi Relawan. Diera sekarang, Relawan ini secara ekonomi sudah mumpuni sehingga dia bekerja tidak mencari uang. Relawan itu murni kegiatan sosial dan pengabdian pada masyarakat tanpa embel embel minta fasilitas. Jika ada relawan jaman now, yang punya tujuan tertentu, itu jelas oknum. No coment saya.

Jadi Relawan dimasa lalu menurut asumsi saya bisa jadi jalan jadi amtenar. Asumsi ini berdasar pengamatan pribadi saya bertahun tahun lalu. Mereka bekerja membantu dengan harapan punya cannel Joss para petinggi pemerintahan dan dianggap rajin bekerja. Mereka rela menyuap dengan berbagai cara agar bisa dapat proyek atau diangkat jadi PNS. Seorang teman ada yang rela turut jadi tukang bangunan dirumah kepala personalia. Teman yang lain, rela jadi sopir pribadi dan bekerja siang malam dengan gaji minim, dengan dalih agar dapat belas kasihan. 

Dihapusnya honorer mulai 2023 merupakan kebijakan briliant, karena saatnya memanusiakan SDM yang profesional dan menciptakan aparat pemerintahan yang bersih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun