Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi : Lelaki yang Tersakiti

11 Januari 2022   15:16 Diperbarui: 11 Januari 2022   15:16 1585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenapa kau Selingkuh? Jawablah. Jangan bilang itu Dahulu. Sekarang Tidak. Dulu kena sihir lelakimu. Sekarang sadar.

itu tak hanya sekali. Berkali kali. Diulang ulang. Sadar sebentar, kambuh lagi. Berapa kali kau digoyang lelaki lain, berganti lelaki mantab mantab lezat. Kau lebih tahu, karena kau melakukan itu dihadapan Tuhan. Malaikat langit bumi merekammu. 

Aku tak sembarang Tuduh. Kau ngaku sendiri. Omong sendiri. Dan aku belum pikun. Kaupun sudah pergi ke surga dunia, berkali kali dengannya. Sungguh mulia perbuatanmu.

kau memuji muji dia. Sebagai lelaki baik hati. Ahli ibadah, dengan amal sundul langit. Seluruh bumi, memujinya sebagai lelaki hebat. Kau ingin poliandry. Karena tak mau pisah denganku, dan dengan dia.

Tapi aku tak kau layani. Kau dandan cantik bukan untuk suamimu. Dan kau sudah melampaui batas. Jika sekarang kau ingkar, pasti kau sedang tipu diri. Akui saja, agar Akhiratmu meringankanmu. 

sekarang kau boleh menipuku. Menipu semua manusia. Kau bisa bersilat lidah. Tangismu bisa mengharu biru langit bumi. Kau bisa Galang semua manusia. Agar berbalik menuduh aku. Sebagai dalang.

Agar selingkuhmu benar. Kenapa sih tidak pergi saja sama dia? Kau sudah tak butuh hadirku, tapi butuh uang untuk bersamanya. Agar dia mulia, tak kerja, tapi menikmati tubuhmu. Gratis. Tanpa lelah. Karena dia lelaki sucimu. 

kau memanfaatkan sabarku. Rejeki bukan untuk ibadah, tapi kau malah menipuku. Sandiwaramu dahsyat. Dramamu menjiwai. 

Kau telah mencampakkan aku. Dengan kejam. Kau sudah menjual murah kehormatanmu. Kau seorang ibu, tauladan macam apa yang memuji lelaki lain, didepan anak anakku? Dan berkata, dialah pengganti ayah terbaik... 

Tapi maaf, kok meniduri istri orang, tanpa syariat? Katanya ahli ibadah? Katanya ahli amal?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun