Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Elegi Gladak Perak

6 Desember 2021   20:47 Diperbarui: 6 Desember 2021   21:13 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Elegi Gladak perak (dokpri istimewa)

Masih duka dari Mahameru. Sabtu petang 4 Desember 2021. Kau runtuh. Menyimpan banyak tangis. Banyak luka. Cerita anak manusia.

Elegi Gladak perak. Piket nol banyak menyebutnya. Eksotis sejak awal mula. Beribu kisah melewatinya.

Aku mungkin terlalu dangkal. Dua tahun lalu dalam amarah cemburu dan kehilangan cinta. Aku bukan mau bunuh diri. Tapi apsaraku dibawa lari melalui jembatan ini.

Itu tragediku sendiri. Kisah cinta dua anak manusia. Yang diterjang nafsu nafsu Angkara murka. Oleh pangeran dari Lumajang. Pujaanmu.

Kini sombongmu runtuh. Sisa sisa kolonial. Diluluh lantakan amarah Mahameru. Kemarahan semesta merobohkan angkuhnya manusia.

Rintisan jembatan Gladak perak tahun 1893 (leiden.nl)
Rintisan jembatan Gladak perak tahun 1893 (leiden.nl)

Terbayang saat kau dirintis. Dari bambu. Dianyam jadi jalanan yang eksotis. Ditahun 1893. Awal mula engkau menghubungkan dua tlatah. Awal sebuah kisah.

Butuh 41 tahun, merintis Gladak perak. Menjadi penghubung kisah demi kisah. 1.200.000 gulden biaya membangun mu. Dan diresmikan pada tanggal 2 November 1934. Inilah Jalur selatan Semeru (Zuid-Smeroeweg) dan Jembatan Besoek Koboan dibuka secara resmi.

koran  Soerabaijasch handelsblad, edisi  02-11-1934
koran  Soerabaijasch handelsblad, edisi  02-11-1934

Sabtu itu, 87 tahun kemudian, jembatan ini runtuh. Luluh lantak. Mengubur semua duka. Yang terekam dalam jejakmu. Material erupsi Mahameru menghabisimu. Tanpa ampun.


Jembatan yang menyimpan Berjuta kisah. Termasuk hidupku sendiri. Kesedihan itu runtuh bersama angkuhnya citra kolonial. Yang membangunmu.

Elegi Gladak perak. Aku tak menangis. Karena terlalu banyak sedih tersimpan disini. Banyak korban yang kehilangan nyawa dijembatan ini. Dalam berbagai lembar kisah sejarah.

Bukan perkara hantu. Tapi kisah begal jahat yang merampas paksa. Bergentayangan dimasa lampau. Termasuk sang pahlawanmu itu, yang merampok kebahagiaan ini.

Entah mantra apa yang dirapalnya. Hingga kau lupa diri. Dan tunduk patuh menyerahkan diri. Padanya. Lari melewati jembatan ini.

Tak bisa ditekuk. Tak bisa dirubah. Sudah pasti. Dialah pangeran baik hati itu. Hingga, kau minggat melalui jalanan ini. Dan menikmati surga lezat disebrang sana.

Iya, ini hanya secuil elegi. Tak berarti. Tapi itu sekarang sudah runtuh. Kesombongan apa lagi yang akan kau dustakan. Selamat tinggal Gladak perak. Aku titip kisahku padamu.

Malang, 6 Desember 2021

Oleh Eko Irawan

Turut prihatin dan berduka untuk semua korban. Semoga yang tertimpah musibah ini diberi ketabahan dan kekuatan, serta jembatan yang baru dapat segera dibangun kembali, sehingga roda kehidupan, perekonomian di malang dan Lumajang bisa tumbuh kembali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun